REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sekitar 220 warga sipil di Filipina Selatan disandera militan setempat. Penyanderaan terjadi setelah militan mengamuk di perkampungan pesisir dan menewaskan sedikitnya enam orang.
Juru bicara militer, Letnan Kolonel Ramon Zagala mengatakan pertempuran terjadi setelah tentara yang didukung tank menghentikan aksi militan dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Mereka berbaris menuju kota Zamboanga untuk menaikkan bendera mereka di sebuah balai kota. Sedikitnya enam orang termasuk seorang prajurit angkatan laut tewas dan 220 warga sipil disandera militan.
Zagala mengatakan para sandera ditahan sebagai perisai manusia. Sekretaris Jenderal dari MNLF, Abdul Sahrin menyalahkan faksi Nur Misuari yang melakukan serangan itu. Misuari merupakan mantan pemimpin MNLF yang sebelumnya menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah Filipina.
Otoritas Militer Filipina mengatakan mereka telah mengamankan rumah sakit dan sekolah tapi bentrokan terus berlangsung. Bandara kota juga ditutup.Jam malam diberlakukan di Zamboanga.
Mengutip media lokal, Aljazirah edisi Senin (8/9) melaporkan militan menginginkan dua permintaan. Mereka ingin diizinkan berjalan dengan sandera ke Zamboanga City Hall sehingga mereka dapat mengibarkan bendera MNLF. Mereka juga menuntut pasukan pemerintah tidak menembak dan membiarkan sandera. Namun, Walikota Beng climaco menolak permintaan tersebut.