REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyatakan Amerika Serikat tidak punya lagi alasan untuk menyerang Suriah setelah tercapainya kesepakatan untuk memusnahkan senjata kimia di negara tersebut.
Kepada AFP, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian menyatakan, "Situasi baru ini berarti bahwa pada kenyataannya setiap dalih bagi Amerika Serikat dan negara-negara tertentu untuk terlibat dalam aksi militer terhadap Suriah telah tidak ada lagi."
Pernyataan Hossein adalah reaksi pertama Teheran, sekutu kunci Presiden Suriah Bashar al-Assad, terkait kesepakatan ambisius yang dicapai antara Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov di Jenewa.
"Kita bahkan dapat berbicara tentang keberhasilan di depan pihak yang menentang (Israel) -- Iran, Suriah, Hizbullah Lebanon dan kelompok Palestina HAMAS," kata Amir Abdollahian.
Berdasarkan kesepakatan itu, Suriah memiliki waktu sepekan untuk memberikan perincian kepemilikan senjata kimia dan harus memberi akses inspektur internasional kepada cadangan senjata mereka dengan tujuan untuk memusnahkan senjata-senjata itu pada pertengahan tahun depan.
Kesepakatan itu akan dikemas dalam resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa berdasarkan Bab VII Piagam PBB, yang memungkinkan penggunaan kekuatan untuk memastikan kepatuhan. Namun, Rusia pasti untuk menentang hal itu ketika diplomasi bergeser ke Perserikatan Bangsa Bangsa.
Presiden AS, Barack Obama menyambut kesepakatan itu. Namun Obama menyebut masih banyak yang harus dilakukan untuk memperingatkan Damaskus guna mematuhi kesepakatan itu. "Amerika Serikat tetap siap untuk bertindak," tutur Obama.
Pada Sabtu (14/9) pagi, Jenderal Qassem Soleimani, yang mengepalai pasukan elit Iran menyatakan, mendukung Suriah dan 'front perlawanan' merupakan kepentingan nasional Iran. Pekan lalu, ia menyatakan Teheran akan mendukung Suriah 'sampai akhir'.