Jumat 16 May 2025 23:43 WIB

'Keputusan AS Cabut Sanksi Atas Suriah adalah Perlawanan Trump Terhadap Israel'

Ada kemungkinan AS dapat semakin menekan Israel agar mengakhiri agresinya di Gaza.

Presiden AS Donald Trump (tengah) bersalaman dengan Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump (tengah) bersalaman dengan Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa

REPUBLIKA.CO.ID, Mantan diplomat dan duta besar Inggris untuk Suriah Peter Ford, menilai, keputusan Amerika Serikat (AS) mencabut sanksi terhadap Suriah merupakan upaya Donald Trump "melawan" Israel. Keputusan itu juga dinilai Ford sebagai penegasan independensi Washington dari sekutu utamnya di Timur Tengah itu.

"Pengumuman tersebut terjadi di saat Trump tampak ingin menunjukkan independensi dari (pemimpin otoritas Israel) Benjamin Netanyahu. Pemimpin Israel itu mau tetap membatasi Suriah karena pada akhirnya Suriah adalah satu-satunya negara Arab dengan potensi menahan ambisi Israel," kata Ford, Jumat (16/5/2025).

Baca Juga

"Oleh karena itu, keterbukaan Trump terhadap Suriah adalah tindakan perlawanan terhadap Israel," kata Ford, sembari menambahkan bahwa ada kemungkinan AS dapat semakin menekan Israel supaya mengakhiri agresinya di Jalur Gaza secara damai.

Ia kemudian menyebut figur yang mendampingi Trump saat pengumuman tersebut dibuat, yaitu Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS), punya maksud tertentu.

"Keterbukaan terhadap Suriah menunjukkan kekuatan hubungan AS-Arab Saudi setelah sempat merenggang di era Joe Biden. Trump mengisyaratkan bahwa ia lebih mendengarkan (Putra Mahkota Saudi) daripada Netanyahu," ucap Ford.

Perkembangan hubungan AS-Suriah memberi peluang bagi AS menjadikan Damaskus sebagai "protektorat" Washington, seperti Yordania, kata mantan dubes itu. Israel pun, menurut Ford, harus mempertimbangkan kembali pendekatannya terhadap Suriah dengan menahan serangannya terhadap negara yang dapat menjadi mitra dan klien AS.

"Bahkan mereka sepertinya harus melepaskan sebagian wilayah Suriah yang mereka caplok," tuturnya.

 

 

sumber : Antara, Sputnik
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement