Kamis 19 Sep 2013 06:31 WIB

FED Pertahankan Stimulus Harga Minyak Melonjak

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak melonjak pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve AS mempertahankan program stimulus moneter besar-besarannya tak berubah, mengandaskan ekspektasi bahwa mereka akan mulai menguranginya.

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober di New York Mercantile Exchange, melonjak 2,65 dolar AS, menjadi ditutup pada 108,07 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 2,41 dolar AS, menjadi berakhir pada 110,60 dolar AS per barel di perdagangan London.

Penurunan pasokan minyak mentah AS pekan lalu, juga membantu memicu reli harga, karena penurunan stok menunjukkan permintaan yang kuat di ekonomi terbesar dunia itu.

"Minyak mentah Oktober naik untuk pertama kalinya dalam empat sesi, mendapatkan dukungan dari data persediaan kuat dan keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan stimulus moneternya saat ini," kata para analis Briefing.com dalam sebuah catatan pasar.

Harga minyak terdorong lebih tinggi setelah Federal Reserve mengejutkan pasar dengan mempertahankan program pembelian asetnya tidak berubah 85 miliar dolar AS per bulan.

Para analis secara luas memperkirakan penentu kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan mengumumkan pengurangan pertamanya untuk program ini di akhir pertemuan dua hari mereka pada Rabu, sebuah langkah yang mungkin telah menegaskan pandangan-pandangan bahwa ekonomi sedang meningkat kuat.

FOMC mengatakan, dalam sebuah pernyataan pasca pertemuan, bahwa meskipun ekonomi tampak terus meningkat di tengah pemotongan belanja pemerintah besar-besaran (sequester), pihaknya "memutuskan untuk menunggu lebih banyak bukti bahwa kemajuan yang dicapai akan berkelanjutan sebelum menyesuaikan laju pembelian obligasinya."

Dolar melemah tajam di tengah berita tersebut, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih menarik bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat. Pedagang juga bereaksi terhadap laporan mingguan persediaan energi yang "bullish" (bergairah) di Amerika Serikat.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement