Selasa 21 May 2024 10:22 WIB

Seberapa Besar Dampak Kematian Raisi pada Harga Minyak dan Pasar Saham?

Hal ini tak lepas dari status Iran sebagai produsen minyak utama.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Presiden Iran Ebrahim Raisi (kiri), Presiden Indonesia Joko Widodo menyapa media setibanya di Istana Kepresidenan di Bogor, Selasa (23/5/2023). Raisi bertemu dengan presiden Indonesia dalam kunjungan resmi untuk mempererat hubungan kedua negara.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Presiden Iran Ebrahim Raisi (kiri), Presiden Indonesia Joko Widodo menyapa media setibanya di Istana Kepresidenan di Bogor, Selasa (23/5/2023). Raisi bertemu dengan presiden Indonesia dalam kunjungan resmi untuk mempererat hubungan kedua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi ditengarai bakal berdampak terhadap harga minyak dunia. Ketidakpastian seputar kepemimpinan Iran dapat menyebabkan volatilitas di pasar minyak karena investor menilai potensi dampaknya terhadap produksi dan ekspor minyak Iran.

"Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Senin menyusul jatuhnya helikopter Raisi," tulis laporan economictimes seperti dilansir Republika pada Selasa (21/5/2024).

Baca Juga

Gangguan apa pun terhadap produksi minyak Iran dapat berdampak pada pasokan dan harga minyak global. Hal ini tak lepas dari status Iran sebagai produsen minyak utama. Namun para ahli percaya meskipun ada volatilitas, pasar minyak sebagian besar masih berada dalam kisaran yang terbatas.

Selain minyak, dunia juga tengah mengkaji dampak kematian Raisi terhadap meningkatkan permintaan safe haven. Ketidakpastian geopolitik seringkali menyebabkan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas yang dapat mendorong harga lebih tinggi. Emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa menyusul jatuhnya helikopter Raisi.

Selain itu, sentimen pasar berita meninggalnya Raisi juga dapat berdampak pada pasar saham karena investor bereaksi terhadap potensi implikasinya terhadap stabilitas regional dan kebijakan ekonomi. Namun pasar tampaknya semakin kebal terhadap perkembangan geopolitik.

"Kemungkinan karena besarnya kapasitas cadangan yang dimiliki OPEC," bunyi laporan tersebut. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement