Senin 23 Sep 2013 21:37 WIB

Pembinaan Mualaf Juga Butuh Peran Pesantren

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Mualaf di lerang Gunung Semeru sedang memikul air.
Foto: bwa
Mualaf di lerang Gunung Semeru sedang memikul air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pembinaan mualaf merupakan tugas seluruh umat Islam, termasuk pesantren. Itu sebabnya, sosialisasi perkembangan dakwah dikalangan mualaf perlu dilakukan, dengan harapan pesantren dapat turut berperan.

Yayasan Al-Isya Nurulbaqi, selaku lembaga pembinaan mualaf, Ahad (22/9) kemarin melakukan sosialisasi pemahaman tersebut sekaligus silaturahmi akbar di Ponpes Nur El Falah, Kubang, Serang, Banten. Hadir dalam acara itu, Menteri Agama, Suryadharma Ali.

"Sosialisasi ini merupakan bagian dari pengembangan pembinaan mualaf di seluruh daerah baik tingkat kelurahan hingga pusat," ungkap Ketua Yayasan Al-Isya Nurulbaqi, Alisya Fianne, dalam pesan singkat kepada ROL, Senin (23/9).

Menurut Fianne, melalui sosialisasi ini diharapkan pesantren dapat menjadi mitra yayasan dalam pengembangan dakwah mualaf di Banten. Ini sekaligus memperkuat usaha dimana lembaga mualaf terus berinovasi dalam upaya menjangkau seluruh mualaf.

Sosialisasi yang dimaksud bagaimana perkembangan dakwah dikalangan mualaf saat ini. Lalu tantangan apa saja yang dihadapi mualaf. Lalu bagaimana peranan umat Islam dalam hal ini. Apa saja yang dilakukan Yayasan dalam upaya mendorong mualaf sehingga menjadi Muslim yang kaffah.

"Tentunya, pesantren lebih mengetahui bagaimana cara mencintai Islam. Ketika mualaf sudah mencintai Islam, Insya Allah akan lebih mudah menerima Islam," kata dia.

Pada kesempatan itu, Yayasan Al-Isya Nurulbaqi yang juga bergerak dibidang Tour and Travel ini memberikan bantuan kepada anak-anak pesantren yang tidak mampu. Mereka memberikan beasiswa sebesar 1 juta rupiah kepada tiga orang santri yang tidak mampu namun berprestasi. Yayasan juga memberikan hadiah dua paket umrah dan dua tabungan umrah masing-masing sebesar lima juta rupiah.

"Melalui bantuan ini, saya ingin katakan seorang muallaf itu bisa menyantunilewat al-isya nurulbaqi. Jadi, mualaf tidak lagi disantuni terus tetapi juga menyantuni sehingga ada kebanggan menjadi seorang mualaf," katanya,

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement