Selasa 01 Oct 2013 18:40 WIB

Netanyahu Desak Obama Perketat Sanksi Iran

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama
Foto: AP/Charles Dharapak
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Senin (30/9) mendesak Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, agar meningkatkan sanksi atas Iran jika Teheran melanjutkan program nuklirnya saat Iran memulai kembali perundingan dengan Barat.

"Jika Iran terus melanjutkan program nuklirnya selama perundingan, maka sanksi mesti diperkuat," kata Netanyahu seperti laporan Reuters yang dipantau Antara pada Selasa (2/10).

Netanyahu mengunjungi Gedung Putih tiga hari setelah Obama dan Presiden baru Iran, Hassan Rohani, melakukan pembicaraan melalui telepon dalam kontak tingkat tertinggi antara kedua negara dalam lebih dari tiga dasawarsa.

Percakapan itu memicu harapan bagi penyelesaian sengketa nuklir selama satu dasawarsa antara Iran dan Barat.

Tanda mengenai saling-mendekati antara AS dan Iran telah membuat kesal Israel. Israel menuduh Iran berusaha mengulur waktu dan keluar dari sanksi keras internasional sambil terus berusaha membuat senjata nuklir.

Obama mengatakan ia memasuki perundingan dengan Iran dengan pikiran jernih. Dia siap menguji usul Rohani.

"Semua yang kami lakukan akan memerlukan standar tertinggi pengabsahan agar kami bisa menyediakan sejenis peredaan sanksi yang saya kira mereka ingini," kata Obama.

Obama pun tak menyetujui seruan Netanyahu bagi sanksi yang lebih ketat jika Iran melanjutkan pekerjaannya mengenai senjata nuklir. Sanksi internasional saat ini telah menimbulkan kerugian serius bagi ekonomi Iran.

Bahkan, Netanyahu menolak seruan ancaman militer yang dapat dipercaya dapat menekan Iran agar patuh.

"Kami tak mengangkat pilihan apa pun dari meja, termasuk pilihan militer, dalam hal untuk memastikan bahwa tak ada senjata nuklir di Iran," tandas Obama.

sumber : Antara/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement