Rabu 02 Oct 2013 11:45 WIB

ADB Kembali Ingatkan Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) mengingatkan Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing guna memperbesar ekspor terkait perkiraan pertumbuhan ekonomi 2013 dan 2014 yang lebih rendah dari perkiraan awal. "Ekonomi Indonesia diperkirakan akan lebih lambat dari perkiraan semula karena adanya berbagai kebijakan yang diambil untuk mengendalikan inflasi serta defisit neraca berjalan akan memengaruhi laju pertumbuhan," kata Deputy Country Director ADB untuk Indonesia, Edimon Ginting dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (2/10).

ADB hari ini (Rabu, 2/10) mempublikasikan laporan terbaru Asian Development Outlook (ADO) 2013 Update. ADB menurunkan angka proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 menjadi 5,7 persen dari prediksi pada bulan April sebesar 6,4 persen. Untuk tahun 2014, ADB juga menyesuaikan proyeksi dari 6,6 persen menjadi 6,0 persen. "Meskipun demikian, kami memprediksi pertumbuhan, inflasi, dan neraca berjalan akan membaik tahun depan," kata Edimon.

Pertumbuhan pada tengah tahun pertama 2013 berada di bawah perkiraan semula, karena turunnya investasi, berkurangnya belanja negara, dan meningkatnya inflasi akibat lonjakan harga bahan bakar. Sebagaimana prediksi awal tahun 2013, konsumsi swasta tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan. Meningkatnya lapangan pekerjaan dan gaji, ditambah dengan pengurangan pajak penghasilan bagi mereka yang berpenghasilan rendah, mampu mengurangi dampak yang diakibatkan oleh inflasi dan kredit konsumsi yang makin ketat.

Dalam jangka pendek, ADO 2013 Update memprediksi bahwa berbagai kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tingginya tingkat inflasi juga akan menurunkan angka konsumsi dalam beberapa bulan ke depan. Namun angka konsumsi diperkirakan akan tumbuh kembali pada 2014 saat inflasi telah mereda.

Berbagai pembelanjaan terkait pemilihan umum legislatif dan presiden tahun depan juga diperkirakan akan membantu mendorong angka konsumsi pada tengah tahun depan. ADO 2013 Update juga mencatat bahwa Indonesia saat ini berada di posisi yang lebih siap untuk menghadapi gejolak pasar dibandingkan saat krisis global tahun 2008-2009.

Cadangan devisa Indonesia tercatat telah mengalami perbaikan, dan Pemerintah juga sudah menyiapkan berbagai mekanisme tambahan apabila situasi memburuk, antara lain instrumen pertukaran (swap facilities) dengan beberapa negara, serta mekanisme pendanaan alternatif (contingent) dari lembaga-lembaga pembangunan internasional. Selain itu, pengurangan subsidi bahan bakar juga berkontribusi pada penguatan posisi fiskal negara, serta memberikan keleluasaan anggaran bagi berbagai program ekonomi dan sosial Pemerintah.

Oleh karena itu, Pemerintah perlu terus berupaya untuk mengurangi defisit transaksi secara berkesinambungan dengan mempercepat reformasi ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing ekonomi, khususnya dalam memacu peningkatan ekspor dari sektor industri. Upaya yang sama juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan memacu produktivitas tenaga kerja.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement