REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perdana Menteri Libya Ali Zidan menuduh 'partai politik' tertentu mengorganisir penculikan terhadapnya. Walau pun demikian, ia berharap masalah penculikan oleh kelompok bersenjata tak menimbulkan pertumpahan darah.
Sebelumnya, sekelompok orang bersenjata menculik Perdana Menteri Libya Ali Zidan, Kamis (10/10) pagi. Mereka menculik Ali Zidan dari kediaman di Hotel Corinthia, karena menuduh pemerintah mengizinkan Amerika Serikat menangkap Abu Anas al Libi. Ada dua kelompok yang diduga ikut serta dalam penculikan tersebut, yaitu Kamar Operasi Revolusioner Libya (Libya Revolutionary Operations Chamber) dan Brigade Anti Kejahatan.
Lima hari sebelumnya pasukan komando AS menangkap Abu Anas al Libi di depan rumah dia di Tripoli. Sementara setelah rapat dengan kabinet, Ali Zidan mengatakan, masalah ini harus diselesaikan dengan kepala dingin dan bijaksana. Selain itu juga mengingatkan masalah penculikan dia juga harus diselesaikan tanpa terjadi kekerasan.
Seorang saksi mata di Hotel Corinthia mengatakan sempat terjadi adu tembak dengan penjaga Zidan. Setelah ia diculik, seorang saksi juga melihat penculik membawa Zidan ke satu kantor polisi di Tripoli Selatan. Akan tetapi penculik kemudian membebaskan setelah kelompok bersenjata mengepung gedung itu.
Seorang komandan milisi yang berafiliasi dengan Kementerian Dalam Negeri, mengaku sebagai kelompok yang menyelamatkan dia. Kelompok pejuang dia bersama dengan dua kelompok dari Souq Jomaa dan Tajoura, menyerbu lokasi penahanan. Aksi saling tembak sempat terjadi hingga kemudian penculik melepaskan Zidan.
Hanya saja setelah itu, ia mengatakan kepada televisi France24, kalau ia meyakini ada partai politik menjadi dalang penculikan. Ia sendiri tak menyebutkan nama kelompok tersebut. ''Partai politik yang ingin menggulingkan pemerintah dengan cara apapun,'' tutur dia, dikutip dari AFP, Jumat (11/10). Ia juga mengatakan dalam beberapa hari mendatang, ia akan memberikan informasi terkait siapa sebenarnya partai politik tersebut.