Rabu 23 Oct 2013 16:32 WIB

PPI Nilai Kearifan SBY Menurun dan Munafik

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Susilo Bambang Yudhoyono
Foto: Antara
Susilo Bambang Yudhoyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pemimpin yang tidak konsisten dalam ucapan dan perbuatan. Misalnya terlihat dari kemarahan SBY yang dikaitkan dengan sosok Bunda Putri. 

Pada mulanya SBY meminta sosok Bunda Putri dibongkar. Namun belakangan, istana justru menegaskan tidak akan mengungkapkan siapa sosok Bunda Putri sebenarnya. 

"Kalau saya amati kecerdasan dan kearifan Pak SBY berkurang. Bahkan yang lebih menonjol adalah sikap munafiknya," kata pengurus pusat PPI, Carel Ticualu di Jakarta, Rabu (23/10).

Carel mengatakan, sebagai kepala negara SBY semestinya tidak menyembunyikan persoalan Bunda Putri. Sebab hal ini justru malah menunjukan ketidakkonsitenannya di hadapan rakyat. "Jangan disembunyi-sembunyikan," ujarnya.

Ketidakkonsistenan SBY bisa saja berpengaruh terhadap bawahan dan lingkungan disekitarnya. Apalagi, kata Carel, SBY merupakan presiden yang dipilih langsung rakyat. Artinya, segala ucapan dan tindakannya akan dipertanggungjawabkan langsung kepada rakyat. 

"Kalau presidennya tidak konsisten bagaimana bawahannya. Dia harus menunjukan sikap kstaria dan jujur. Dia dipilih 200 juta rakyat Indonesia saya tidak tahu berapa dosanya (kalau bohong)," katanya.

Carel pribadi tidak mengerti mengapa SBY tidak konsisten dalam menyikapi kasus Bunda Putri. Namun hilangnya kearifan SBY diduga disebabkan oleh masukan yang tidak benar dari orang-orang di sekitarnya. 

"Sikapnya berubah mungkin saja karena sengkuni-sengkuninya yang membuat arifnya hilang," ujar Carel.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement