Selasa 29 Oct 2013 18:08 WIB

Tak Ada Masjid di Bratislava

Salah satu sudut kota Bratislava, Slowakia
Foto: Onislam.net
Salah satu sudut kota Bratislava, Slowakia

REPUBLIKA.CO.ID, BRATISLAVA -- Slowakia, negeri Eropa Timur yang dahulu menganut paham komunisme. Runtuhnya Uni Soviet, aktivitas beragama kembali bangkit.

Islam pun tumbuh di sana, menurut studi tahun 1990, naiknya populasi Muslim disebabkan kedatangan para imigran. Jumlahnya sekitar 4-5 ribu jiwa.

Mohamad Safwan Hasna, 43 tahun, imigran asal Suriah mengatakan geliat dakwah Islam di Slowakia begitu luar biasa. Itu ditandai dengan berdirinya organisasi Islam seperti General Union of Muslim Student yang berdiri pada tahun 1990.

Meningkatnya jumlah populasi, satu dekade kemudian mendorong terbentuknya organisasi lain. Inilah cikal bakal organisasi Cordoba Centre Intercultural Dialogue.

Seiring perjalanan waktu, pemerintah Slowakia mulai memberlakukan aturan baru, yang intinya memberikan syarat yang ketat kepada komunitas Muslim ketika hendak mendirikan organisasi. Aturan itu resmi diberlakukan tahun 2007 silam, dimana organisais Islam diharuskan memiliki anggota minimal 50 ribu orang.

Bagi komunitas Muslim, aturan itu sengaja diberlakukan guna menutupi ruang gerak. Aturan ini mempersulit komunitas Muslim mendirikan organisasi, itu karena jumlah maksimal mereka hanya 5 ribu orang.

"Dengan aturan ini, kita bisa tahu mana organisasi bohongan," kilah Jan Podmanicky, anggota parlemen dari partai Smer seperti dikuti the slovak spectator, Selasa (29/10).

Kondisi ini jelas berbeda dengan Ceko, dimana negara itu menjamin kebebasan umat beragama mendirikan organisasi. Saat ini, organisasi agama di Ceko mencapai 34. Di Slovakia hanya setengahnya, yakni 18 organisasi.

Namun, sekitar 13 organisasi dipastikan melanggar aturan baru, karena jumlah anggotanya tak lebih dari 20 ribu. Ke-13 organisasi itu dibangun komunitas Muslim.

"Kami memberikan kebebasan kepada siapapun menganut agama apapun. Tapi tidak dengan memberikan uang kepada komunitas agama guna membangun organisasi. Apalagi agama yang secara tradisi bukanlah agama yang umum dianut warga Slowakia," kata Podmanicky.

Soal itu, Hasna menilai negara harus mendukung penuh setiap komunitas agama bukan satu agama saja. "Kami tahu aturan itu menargetkan Muslim, tapi kami tidak akan menyerah begitu saja. Kami lihat, umat Islam telah menyatu dengan Slowakia, ini merupakan poin penting," kata dia.

Selain masalah aturan keorganisasian, Muslim Slowakia dihadapkan pada satu masalah yang tak kalah penting yakni keberadaan masjid dan Islamic Center. Saat ini, tidak ada masjid yang berdiri di Slowakia. Ini yang membuat Muslim Slowakia prihatin.

"Sungguh indah, bila ada masjid di Bratislava," ungkap Azim Fahardi, imigran asal Afganistan.

Sebelumnya komunitas Muslim sudah mengajukan permohonan izin, namun ditolak. Itu sebabnya, komunitas Muslim memanfaatkan ruang seadanya guna melaksanakan shalat Jumat atau mengelar tadarus Alquran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement