REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berharap para petani terpacu menanam kedelai pada musim tanam November ini, setelah harga pokok penjualan (HPP) kedelai dinaikkan dari Rp 7.000 menjadi Rp 7.400 per kg per Oktober 2013. "Target kami luas tanam kedelai naik jadi 1.618.000 ha untuk mencapai swasembada kedelai 2014. Sekarang ini masih sekitar 800 ribu ha" kata pemulia kedelai Badan Litbang Kementerian Pertanian Muchlish Adie di Jakarta, Rabu (30/10).
Menurutnya, pada Forum Dialog Riset dan Industri yang diselenggarakan Dewan Riset Nasional (DRN), untuk mencapai target itu, Balitbang Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan benih penjenis yang kebutuhannya mencapai 40-50 kg per ha. Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia sudah banyak menghasilkan benih kedelai unggul, yakni 44 varietas sejak 1995 hingga 2013, dan lebih baik dibanding benih kedelai impor dari segi kadar protein, cita rasa serta rendemen.
"Sedangkan produktivitasnya sebenarnya benih kedelai kita juga lebih tinggi. Meski rata-rata hanya 2 ton per ha tapi masa panennya 160 hari, sedangkan benih kedelai impor, misalnya dari AS, meski produktivitasnya 2,9 ton per ha tapi masa panennya 85 hari," katanya.
Soal ukuran, menurut dia, kedelai lokal juga tidak kalah besar, karena varietas Anjasmoro bijinya sampai 16 gram per 100 biji dan bagus untuk industri tempe. Varietas Anjasmoro, ungkap Muchlish, potensi hasilnya mencapai 3,7 ton per ha dengan umur panen 83-93 hari, agak tahan penyakit karat daun, serta kadar proteinnya tak kalah yakni sampai 42 persen sedangkan kedelai impor hanya 35-37 persen dan rendemennya juga lebih tinggi 172 persen dibanding yang impor 155 persen.
"Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan industri tahu, varietas Gepak Ijo sangat cocok ditanam, sementara untuk industri kecap telah tersedia varietas Detam yang merupakan kedelai hitam," katanya.
Pihaknya, lanjut dia, banyak menghasilkan kedelai unggul, tapi sayangnya selama ini petani kurang berminat menanamnya karena harga yang rendah, sehingga terpaksa 70 persen kebutuhan kedelai dalam negeri harus diimpor. Menurutnya, luas tanaman pangan di Indonesia memang terlalu minim dibandingkan dengan jumlah penduduk, yakni 350 meter persegi per kapita, jauh dibandingkan dengan Vietnam yang mencapai 900 meterpersegi per kapita atau Thailand yang mencapai 5.000 meterpersegi per kapita.