REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan akhirnya membebaskan mantan Presiden Pervez Musharraf dari tahanan rumah. Pengadilan, menurut seorang pejabat, membebaskan setelah ia menerima jaminan dalam kasus kematian seorang ulama.
Pejabat Rumah Tahanan, Wajad Ali, menyatakan pihak dia menarik petugas pada Rabu malam dari rumah Musharraf, di pinggiran Islamabad. Musharraf, yang ditahan sejak April, kini bebas bergerak ke berbagai kota di Pakistan.
Namun, menurut pengacara, mantan presiden yang juga panglima militer itu dilarang meninggalkan Pakistan. Karena pengadilan masih menunda beberapa kasus yang menjeratnya.
Pengadilan memutuskan Musharraf bebas dengan jaminan Senin kemarin. Ia bebas dalam kasus dugaan keterlibatan Musharraf dalam kematian seorang ulama. Tahun 2007, aparat keamanan menyerang masjid yang dianggap mengajarkan paham ekstremisme di Islamabad.
Setelah dokumen selesai Rabu (6/11), ia pun kemudian langsung dibebaskan. Sejak kembali dari pengasingan, Maret lalu, ia langsung menghadapi berbagai kasus hukum. Sebelum kasus tewasnya ulama, Musharraf sudah tiga kali dibebaskan dengan jaminan. Sedangkan kasus lain yang ia harus hadapi adalah keterlibatan dia dalam pembunuhan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, kematian pemimpin separatis Baluch, dan penahanan hakim.
Musharraf, yang menginjak usia 70 tahun, merebut kekuasaan dalam kudeta ketika di menjabat sebagai panglima militer tahun 1999. Sejak itu ia memimpin negara selama hampir 10 tahun lama. Namun atas tekanan dari masyarakat ia terpaksa mundur di 2008.
Setelah itu, ia langsung meninggalkan negara di menuju pengasingan di Inggris. Namun menjelang pemilu tahun ini, ia kembali dari pengasingan. Padahal, banyak yang mengingatkan mantan panglima militer itu agar tak kembali, tapi ia mengabaikannya. Setelah itu ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Hanya, pengadilan memerintahkan ia segera ditahan atas berbagai kasus yang tertunda. Bagi rakyat adalah hal luar biasa ketika gambar-gambar yang beredar memperlihatkan Musharraf duduk di kursi pesakitan. Namun untuk alasan keamanan, ia tak berada di tahanan penjara. Militer juga melindungi lokasi rumah tahanan di perkebunan mewah itu menyusul ancaman Taliban.