REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Republik Islam Iran menolak argumentasi Amerika Serikat (AS) atas kegagalan mencari sepakat tentang pembatasan nuklir dan pengayaan uranium di Teheran dalam pembicaraan di Jenewa pekan lalu.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan kegagalan tersebut lantaran sikap negara barat yang arogan dan terpecah. Pernyataan Zarif menangkis tuduhan Menlu AS, John Kerry, yang menyatakan Iran adalah penyebab kegagalan tersebut.
Zarif mengatakan delegasi Iran menolak dan menyatakan mundur dari konferensi setelah negara lain mendesak agar Negeri Mullah itu membuka fasilitas nuklirnya. Kerry juga mengatakan delegasi Iran tidak setuju terkait usulan perluasan pembahasan tentang reaksi barat terhadap ancaman aktivitas nuklir Iran.
Bagi internasional, kata Kerry, Iran sedang memproduksi bom atom di dalam fasilitas nuklirnya. Sangkaan itu dimentahkan Zarif.
''Barat telah merusak kepercayaan Iran terkait konferensi,'' kata Zarif. ''Barat tidak mempercayai semua pernyataan dan klarifikasi dari Pemerintahan di Teheran.''
Zarif juga menyayangkan perpecahan negara-negara Barat dalam konferensi tiga hari tersebut. Zarif mengungkapkan Konferensi Jenewa tentang nuklir negaranya habis waktu hanya untuk mendengarkan perdebatan antara AS dan Perancis, serta Inggris, Cina, Rusia dan Jerman.
Negara-negara itu, dikatakan dia, tidak punya kesamaan persepsi tentang yang terjadi di Teheran.''Kita kehabisan waktu mendengarkan perbedaan pendapat di antara mereka,'' kata Zarif, seperti disiarkan ISNA dan dikutip Reuters, Selasa (12/11).
Zarif menegaskan tetap percaya persoalan Iran dan internasional akan teratasi jika adanya kesamaan persepsi dari masing-masing pihak. ''Tujuannya (konferensi) adalah dialog untuk mengikis sikap saling curiga. Bukan terus menerus merugikan kredibilitas pihak-pihak lain,'' ujar dia.