REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Negara besar di dunia bersatu dalam perundingan dengan Iran mengenai program nuklirnya, yang jadi sengketa, kata Gedung Putih pada Selasa (12/11).
Gedung Putih juga memantau adanya perpecahan di kalangan keenam mitra perundingan, yang mengakibatkan kegagalan pembicaraan di Jenewa pekan lalu. Kelompok P5+1 bersatu mengenai usul yang diajukan dalam pembicaraan tersebut, tapi Iran tak menerima baik kesepakatan itu, kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney dalam satu taklimat harian yang dilansir dari Xinhua, Rabu (13/11).
Pembicaraan antara Iran dan kelompok P5+1, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina, Rusia ditambah Jerman, berakhir pada Sabtu (9/11) di Jenewa tanpa kesepakatan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh perpecahan di antara negara besar sebagai penyebab kegagalan tersebut.
"Jurang pemisah tetap ada dan masih ada masalah penting yang harus ditangani antara P5+1 dan Iran," kata Carney. Namun ia menambahkan ada kemajuan penting yang dicapai dalam pembicaraan Jenewa, yang "ramah, mendasar dan sungguh-sungguh".
Pejabat dari kedua pihak akan melanjutkan perundingan pada 20 November. Menteri Luar Negeri AS John Kerry dijadwalkan memberi penjelasan kepada Komite Perbangkan Senat pada Rabu mengenai pembicaraan di Jenewa.
"Menteri akan menjelaskan bahwa dijatuhkannya sanksi baru akan menjadi kekeliruan, sementara kami masih memastikan apakah ada kemajuan jalur diplomatik," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki selama taklimat harian pada Selasa (12/11).
Psaki mengatakan Kerry akan meminta "jeda sementara" dalam pelaksanaan sanksi terhadap Iran tanpa mencabutnya, untuk memastikan strategis legislatif dan strategi perundingan akan berjalan beriringan.