REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan dalam upaya memusnahkan senjata kimia Suriah meskipun sejauh ini ada kemajuan, kata Sigrid Kaag, pemimpin pengawas senjata kimia internasional dan PBB, Jumat (15/11).
Kaag, Koordinator Khusus Misi Gabungan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan PBB, mengeluarkan pernyataan tersebut saat berpidato di hadapan Dewan Eksekutif OPCW, yang memiliki 41 anggota dan bertemu di Den Haag, Belanda, kata Farhan Haq, Penjabat Wakil Juru Bicara PBB, di Markas PBB, New York.
"Ia mengatakan kemajuan sejauh ini telah membesarkan hati, berkat kerja sama konstruktif dengan Pemerintah Suriah dan dukungan kuat masyarakat internasional," kata Haq, seperti dilansir dari Xinhua, Sabtu (16/11). "Namun, ia menambahkan pekerjaan mendasar masih harus dilakukan, dan sejumlah tantangan masih menghadang."
Pada akhir Oktober, misi gabungan mengkonfirmasi Pemerintah Suriah telah menghancurkan peralatan penting produksi senjata kimia. Dengan melakukan itu, Damaskus telah memenuhi tenggat yang ditetap oleh Dewan Eksekutif OPCW untuk menyelesaikan pemusnahan peralatan semacam itu paling lambat pada 1 November.
Langkah berikutnya ialah Dewan Eksekutif menyetujui rencana terperinci penghancuran yang diajukan oleh Suriah untuk memusnahkan simpanannya, dengan sasaran penghapusan peralatan dan bahan senjata kimia di negeri tersebut paling lambat 30 Juni 2014.
"Kami mengharapkan negara anggota yang memiliki pengaruh pada semua pelaku untuk mendukung Misi Gabungan dalam memenuhi mandatnya, melalui saluran komunikasi resmi dan tak resmi merekam" kata Kaag. "Ini adalah peluang untuk memajukan perlucutan senjata global dan agenda anti-penyebaran, serta menghilangkan selamanya resiko yang ditimbulkan oleh senjata pemusnah massal dan mengerikan ini terhadap rakyat Suriah," katanya.
Misi gabungan itu, yang secara resmi didirikan pada 16 Oktober, diberi mandat untuk mengawasi pemusnahan program senjata kimia Suriah dengan cara sangat aman dan sangat terjamin mungkin.