REPUBLIKA.CO.ID,Buat tim asal Uruguay, Nacional, 11 Desember merupakan tanggal bersejarah. Hari ini, tepat 25 tahun lalu, Nacional berhasil merengkuh gelar ketiga Piala Intercontinental. Ini menjadi trofi Intercontinental terakhir yang mampu diraih oleh tim berjuluk Bolso tersebut, setelah sempat meraihnya pada 1971 dan 1980.
Di partai final yang digelar di Stadion Nasional, Tokyo, Jepang, itu, Nacional sukses mengandaskan juara kompetisi Eropa 1988, PSV Eindhoven. Tapi, Nacional tidak meraih kemenangan itu dengan mudah. Bermain imbang 2-2 hingga babak perpanjangan waktu, juara Copa Libertadores 1988 itu harus memainkan fase adu penalti, hingga melibatkan 10 eksekutor.
Nacional mencetak keunggulan lebih dulu lewat tandukan Santiago Ostolaza pada menit ketujuh laga. Namun, PSV mampu membalas lewat torehan penyerang asal Brasil, Romario, pada menit ke-75. Laga pun berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Pada menit ke-110, giliran PSV mampu menorehkan keunggulan lewat eksekusi penalti bek Ronald Koeman.
Namun, Nacional bereaksi dengan baik saat tujuh menit kemudian mampu menyamakan kedudukan. Lagi-lagi lewat sundulan Santiago Ostolaza. Nacional berhasil memaksakan laga untuk dilanjutkan ke babak adu penalti. Eksekusi penalti ini pun berlangsung dengan ketat.
Setelah lima kali penendang, kedua tim mencetak angka yang sama dengan hanya bisa memasukan bola sebanyak tiga kali. Hingga penendang kesembilan, kedudukan masih sama kuat, yaitu 6-6 dengan Ostolaza menjadi penendang kesembilan dari Nacional. Mimpi buruk buat PSV datang saat bek kanan Barry van Aerle gagal melaksanakan tugasnya dengan baik.
Akhirnya penendang terakhir Nacional, Tony Gomez, mengakhiri laga dengan kemenangan timnya. Gomez sukses mengeksekusi penalti dan sekaligus mengantarkan tim asal Amerika Selatan itu membungkam juara Eropa itu 2-2 (7-6). Nacional pun merengkuh gelar juara Intercontinental ketiga mereka dan menjadi tim asal Uruguay paling sukses di sepanjang sejarah.