REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pengacara mantan presiden Pakistan Pervez Musharraf mengeluhkan situasi persidangan yang tidak adil. Pada Kamis (2/1) pengacaranya meninggalkan sidang mengenai pengkhianatan kliennya seraya mengeluh jika merasa terancam dan dilecehkan.
Anwar Mansoor Khan, salah satu pengacara Musharraf, mengatakan kepada pengadilan ia telah menerima ancaman dan tidak bisa tidur pada malam sebelum sidang.
"Saya berada di bawah ancaman total dari pukul 1:00 pagi sampai jam lima pagi. Seseorang menggedor pintu dan membunyikan bel saya," kata Khan di pengadilan.
Ketika salah satu hakim bertanya siapa yang mengancam dia, Khan menjawab, "pemerintahan ini " Pengadilan berjanji untuk menyelidiki tapi Khan tetap meninggalkan sidang.
Aksinya diikuti oleh anggota lain dari tim hukum Musharraf. "Hal ini tidak pernah terjadi dalam 40 tahun karir saya. Saya meninggalkan persidangan," katanya.
Pengacara Musharraf sebelumnya mengatakan kasus pengkhianatan itu merupakan upaya pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif, yang digulingkan dalam kudeta Musharraf pada 1999, untuk menyelesaikan dendam lama melalui pengadilan.
Sharifuddin Pirzada, pengacara lain Musharraf, juga mengeluh bahwa ia telah diancam. Khan mengatakan kepada pengadilan pada Rabu ia telah diserang di mobilnya saat bepergian ke kota bagian timur, Lahore, dalam sidang sebelumnya.
Tuduhan pengkhianatan adalah tuduhan terbaru dalam serangkaian kasus pidana yang dihadapi oleh Musharraf sejak ia kembali ke Pakistan untuk upaya--yang gagal--mencalonkan diri dalam pemilihan umum Mei lalu.