Jumat 20 Jun 2025 10:42 WIB

Standar Ganda Barat, Negara Muslim Pemilik Nuklir Ini Target Israel Berikutnya Setelah Iran?

Pakistan adalah negara Islam yang sukses dengan program nuklir.

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
 FILE - Dalam foto ini diambil dari rekaman yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada 22 September 2020, roket diluncurkan dari sistem rudal di pangkalan militer Ashuluk di Rusia Selatan. Sistem Pertahanan Udara Rusia berhasil menangkis serangan udara selama latihan militer gabungan di selatan Rusia. Latihan itu, yang diperkirakan akan diadakan di Laut Hitam dan perairan Laut Kaspia, akan berlangsung hingga 26 September. Belarus, Armenia, China, Pakistan dan Myanmar ambil bagian dalam latihan tersebut.
Foto: AP/Vadim Grishankin/Russian Defense Ministry
FILE - Dalam foto ini diambil dari rekaman yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada 22 September 2020, roket diluncurkan dari sistem rudal di pangkalan militer Ashuluk di Rusia Selatan. Sistem Pertahanan Udara Rusia berhasil menangkis serangan udara selama latihan militer gabungan di selatan Rusia. Latihan itu, yang diperkirakan akan diadakan di Laut Hitam dan perairan Laut Kaspia, akan berlangsung hingga 26 September. Belarus, Armenia, China, Pakistan dan Myanmar ambil bagian dalam latihan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Israel yang sedang melakukan genosida di Gaza, Palestina tiba-tiba memulai serangan besar ke Iran. Tidak ada pilihan, Iran membalas serangan Israel, kemudian perang Iran dan Israel yang dibantu Amerika Serikat (AS) pecah.

Di antara alasan Israel menyerang Iran karena menganggap fasilitas nuklir di Iran sebagai ancaman. Apakah Pakisan yang juga mengembangkan nuklir akan menjadi sasaran Israel dan Amerika selanjutnya setelah Iran?

Baca Juga

Menjawab pertanyaan itu, Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi mengatakan, kalau melihat sejarah pengayaan nuklir di Iran, sebelumnya sudah diawali pada tahun 1957-1967. Pada waktu itu sudah ada kerjasama antara Amerika, negara Eropa dan Iran untuk melakukan pengayaan nuklir.

Dia menjelaskan, bisa dilihat terjadi pola pergeseran di dalam pengelolaan nuklir di Iran. Sejak Revolusi 1979, kemudian pengayaan nuklir dihentikan. Baru pada 1990-an, nuklir dikembangkan kembali tetapi kerja sama Iran dengan Rusia, bukan dengan Amerika Serikat.

"Ketika pengembangan nuklir di Iran dilakukan kerjasama dengan Rusia, maka di sinilah menjadi persoalan, bahwa Iran walaupun tujuannya untuk damai tetapi dicurigai sebagai pengayaan nuklir untuk senjata," kata Yon kepada Republika.co.id, Jumat (19/6/2025)

Yon mengatakan, double standarnya adalah jika nuklir Iran dikembangkan bersama Amerika, maka dianggapnya tidak menjadi masalah. Tetapi kalau nuklir Iran dikembangkan dengan selain Amerika, maka dianggapnya sebagai ancaman.

BACA JUGA: Misteri Kerugian Israel Akibat Serangan Iran, Begini Pembacaan Para Pakar tentang Fakta Sebenarnya

Dia menerangkan, artinya kalau Pakistan masih menjadi sahabat baik Amerika, maka tentu tidak akan dipersoalkan nuklirnya. Tetapi kalau rezim di Pakistan berubah dan lebih kritis terhadap kepentingan Amerika dan negara Barat lainnya, maka tinggal menunggu waktu saja bahwa nuklir di Pakistan akan dianggap menjadi ancaman.

"Jadi seperti itu sebenarnya cara melihat bagaimana suatu negara memiliki potensi untuk mengembangkan nuklir," ujar Yon.

photo
Tentara Pakistan melakukan operasi penyelamatan di distrik Battagram, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Selasa (22/8/2023). - ( EPA-EFE/SULTAN DOGAR)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement