REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Otoritas Yahudi di Israel menggelar rapat guna menyikapi kondisi kritis mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan rencana pemakaman terhadap Sharon adalah urusan negara.
Netanyahu mengatakan negara bertanggung jawab sepenuhnya atas upacara keagamaan dan kenegaraan untuk Sharon.
''Akan ada waktu yang fleksibel untuk menggelar upacara kenegaraan dan keagamaan bagi (kematian) Sharon,'' kata Juru Bicara Netanyahu, Mark Regev, seperti dilansir the Telegraph, Kamis (2/1).
Sharon adalah tokoh penting bagi Zionis Israel. Dia memimpin Israel sejak 2001 sampai 2006. Dia juga adalah bekas petinggi militer Yahudi semasa upaya pengakuan dunia terhadap Israel.
Catatan sejarah mencatat banyak riwayat hitam dalam dirinya selama menjadi petinggi militer. Pembantaian terhadap warga Palestina dan Lebanon juga Suriah semasa dia di militer juga bukan kabar yang sumir.
Termasuk saat dia menjabat sebagai perdana menteri. Tapi, sejak 2006 dia tidak lagi menjabat dan dipaksa pensiun lantaran penyakit.
Sejak tahun itu, tubuhnya diisolasi khusus akibat ragam penyakit yang sulit teridientifikasi. Kelumpuhan total dan pembusukan organ-organ membawa dia ke dalam Pusat Medis Sheba di Tel Aviv.
Sejak Rabu (1/1), kondisi laki-laki 85 tahun ini dikatakan kritis. Bahkan, tim medis di pusat medis tersebut mengatakan Sharon hanya tinggal menghitung hari.
Kini, seluruh sanak keluarga sudah berada di ruangan Sharon. ''Dia (Sharon) berada dalam kondisi paling kritis dalam hidupnya,'' kata direktur Pusat Medis Sheba, Dokter Zeev Rotstein, Kamis (2/1).
Kata dia, tidak ada spekulasi apa pun dalam rekomendasi medis dari para dokter yang menangani penyakit misterius dalam tubuh Sharon. ''Kami (para dokter) bukan nabi. Tapi, kami melihat kondisi ini tidak pernah seburuk hari ini,'' kata Rotstein.