REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi
Malaysia mempersiapkan diri menjadi pusat wisata Islam. Mulai saat ini, negeri tersebut merintis serangkaian langkah untuk menarik sebanyak mungkin wisatawan Muslim. Mereka yakin, pada 2014 mereka mampu memenuhi target itu.
Salah satu langkah untuk mewujudkannya, Islamic Tourism Centre milik pemerintah menggandeng International Islamic University of Malaysia (IIUM). Dua lembaga ini merancang strategi agar Malaysia menarik bagi wisatawan Muslim.
“Kami berharap mampu menambah jumlah kedatangan wisatawan Muslim ke Malaysia hingga 30 persen,” kata Sekjen Kementerian Wisata dan Budaya Malaysia Ong Hong Peng, seperti dikutip laman berita the Star, Ahad (5/1).
Ong mengatakan, ketika harapan itu terpenuhi, secara ekonomi akan sangat menguntungkan. Lebih banyak lapangan pekerjaan tercipta dari banjir wisatawan Muslim itu. UIIM, kata dia, bisa membantu dalam peningkatan keterampilan di sektor ini.
Pada 2013 terdapat 25,03 juta wisatawan. Lima juta jiwa lebih dari jumlah itu adalah wisatawan Muslim. Bagi Malaysia, kata Ong, ini potensi yang sangat menggiurkan. Tahun lalu, 22 persen wisatawan Muslim singgah ke Malaysia.
Malaysia akan bersaing ketat dengan Turki dan Uni Emirat Arab yang selama ini dikenal sebagai tujuan penting bagi wisatawan Muslim. Selain tekad pemerintah, industri hotel di Malaysia juga sejak beberapa waktu lalu mempersiapkan diri.
Fasilitas hotel disesuaikan dengan gaya hidup Muslim. November lalu, Aljazirah melaporkan, hotel menyediakan menu makanan halal dan mushala. Hal ini berlaku di Hotel Abdul Rahim di Ampang, Kuala Lumpur. Selain itu, lantunan Alquran terdengar selama 24 jam.
Pengelola hotel juga menyediakan sejumlah kamar hanya untuk tamu-tamu Muslim. Di kamar-kamar tersebut disediakan Alquran di samping tempat tidur. Perlengakapan shalat pun telah disiapkan di tempat tidur tersebut.
Tak hanya itu, pada setiap kamar mandi terdapat tempat wudhu. Di lobi, azan akan selalu terdengar setiap waktu shalat. Para tamu Muslim dan staf hotel bersama-sama menunaikan shalat di mushala yang telah disediakan.
Studi yang dirilis Crescentrating and DinarStandard, lembaga pemerhati wisata halal yang berbasis di Singapura, mengungkapkan, dalam satu dekade mendatang jumlah wisatawan Muslim akan membengkak.
Dalam studi yang dilakukan di 47 negara itu, menyebutkan, belanja wisatawan Muslim berkembang lebih cepat dibandingkan wisatawan global.
Lembaga ini memperkirakan, belanja mereka pada wisatawan Muslim pada 2020 mencapai 192 miliar dolar AS. Jumlah ini naik cukup signifikan daripada belanja pada 2011 yang hanya mencapai 126 miliar dolar AS.