REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Tiket untuk menonton film dokumenter kontroversial tentang kaum bumiputera Aborigin yang diputar di Araluen Arts Centre di Kota Alice Springs, Wilayah Utara Australia, akhir pekan lalu, terjual habis. Film 'Utopia' bernuansa suram tersebut menampilkan berbagai penderitaan kaum Aborigin. Mulai aksi kekerasan oleh polisi dan hidup dalam kondisi setara dunia ketiga meskipun tinggal di salah satu negara terkaya di dunia.
Pemutaran perdana Utopia, karya John Pilger, sebelumnya diadakan di Redfern, New South Wales, dan dihadiri 400 orang.
Syuting film diadakan selama dua tahun di lokasi-lokasi termasuk Sydney, Australia Barat, dan Australia bagian tengah. Utopia mengkritik pedas kebijakan-kebijakan pemerintah Australia terkait kaum bumiputeranya.
Selain itu, film ini juga mengemukakan pendapat bahwa tindakan Intervensi di Wilayah Utara (NT Intervention), didasari oleh kebohongan tentang banyaknya kekerasan seksual di komunitas-komunitas Aborigin dari pihak pemerintah, dibantu oleh media.
Tindakan-tindakan tersebut termasuk pembatasan penjualan alkohol, penambahan jumlah polisi di komunitas-komunitas terpencil, dan juga perubahan sistem perizinan dalam memasuki komunitas serta perihal sewa lahan.
Intervensi Wilayah Utara ini sempat dikritik justru memperburuk kondisi kaum Aborigin, dan ada yang melihat bahwa tindakan tersebut merupakan cara agar para pengusaha tambang mendapat akses ke tanah bumiputera.
Tokoh-tokoh dalam Utopia termasuk Patricia Morton Thomas, yang keponakannya meninggal dalam tahanan polisi tahun 2012 dan aktivis dan mantan kandidat senat wilayah utara Rosalie Kunoth Monks.
Pemutaran film di Alice Springs akhir pekan lalu disponsori cabang partai hijau setempat dan dibuka oleh penjaga Mparntwe / Alice Springs, Doris Stuart.