Kamis 13 Feb 2014 19:19 WIB

Mansa Musa, Pioner Kejayaan Mali (2-habis)

Red: Chairul Akhmad
Haji Mansa Musa dan rakyatnya (ilustrasi)
Foto: Kalitv.com
Haji Mansa Musa dan rakyatnya (ilustrasi)

Oleh: Afriza Hanifa

Perjalanan haji Mansa menjadi pintu gerbang perkembangan Islam secara siginifikan di Mali. Banyak hal baik terjadi setelah Mansa pulang dari Makkah.

Dalam rombongan pulang, ia mengangkut peradaban Islam dari Tanah Suci ke tanah gersang Mali. Dia mengangkut buku-buku dari perpustakaan Arab serta membawa serta para cendekiawan untuk membangun peradaban.

Sejak itulah peradaban Mali dimulai. Salah satu cendekiawan yang dibawa serta Mansa ialah arsitektur Muslim Andalusia terkenal kala itu; Al-Sahili. Ia yang membangun masjid besar di Gao dan Timbuktu yang sangat terkenal hingga kini.

Selain itu, sejak kepulangan Mansa dari Tanah Suci, Mali mulai dikenal dunia luar. Kawasan Mali mulai tercantum dalam peta dunia pada 1339 M. Bahkan, pada pembuatan peta dunia 1375, Mali dikenal sebagai tanah seorang raja yang kaya dengan emas. Selain itu, sejak kepulangan Mansa, hubungan perdagangan antara Mali dan Mesir makin erat.

Mansa sangat berkiprah bagi perkembangan peradaban Islam di Mali. Ia memperkuat Islam di sana. Ia pun gencar melakukan promosi pendidikan dan ekonomi Mali, terutama di tiga kota pusat budaya, yaitu Walata, Jenne, dan Timbuktu.

Hingga kini, Timbuktu merupakan wilayah dengan komunitas Muslim terbesar dan memiliki peradaban tinggi. Kota tersebut menjadi pusat pendidikan Islam di kawasan Mali. Hal tersebut dipelopori oleh Mansa yang memulai pendidikan di Timbuktu dengan menjalin hubungan diplomatik antara Mali dan Maroko.

Banyak mahasiswa Malinke yang dikirim belajar ke Maroko untuk kemudian pulang membangun Mali. Saat ini, Kota Timbuktu masih memiliki reputasi dalam pendidikan pan-Islamic. Di kota tersebut, naskah kuno peradaban Mali disimpan.

Selama dibawah kepemimpinan Mansa, Mali mengalami perluasan wilayah yang luar biasa. Ekspansi kerajaan makin panjang dari pantai Atlantik di Barat hingga Songhai di dekat Nigeria sebelah timur. Wilayah tersebut menguasai tambang garam Taghaza di utara hingga tanah kaya emas Wangara di selatan.

Ia pun membawa stabilitas politik dan memberikan ketenaran bagi Mali. Tapi, puncak keemasan Mali tersebut hanya berlangsung sekejap. Mansa meninggal pada 1337 M setelah 25 tahun memerintah Mali. Sepanjang sejarah Mali, tak ada raja pengganti yang mampu menandingi kualitas Mansa Musa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement