Oleh: Afriza Hanifa
Program pelatihan
Pada 1968, DDII mulai menyusun program pelatihan yang ditujukan untuk mengader juru dakwah universitas. Maka, dipilihlah para pemuda jebolan organisasi pelajar Islam, terkumpul 40 pemuda dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan kampus lain. Mereka mendapat pelatihan di Asrama Haji Kwitang, Jakarta.
Para kader muda ini kemudian mengembangkan pemikiran-pemikiran Islam yang mereka terima dengan berdakwah ke kampus masing-masing. Awal kegiatan mereka berlangsung di Masjid Salman ITB.
Kegiatan tersebut mendapat sambutan hangat tak hanya dari mahasiswa ITB, tapi juga kampus lainnya. Forum studi Islam tersebut pun berkembang tak hanya di ITB, tapi juga di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pada 1974, lahirlah Latihan Mujahid Dakwah (LMD). Dari LMD inilah pengaderan para mahasiswa Muslim mulai gencar. Koordinator Pelatihan Manajemen Lembaga Dakwah Kampus (PMLDK) Ardian Fajar P mengatakan, LMD telah berkiprah dalam memperluas dakwah kampus. Dari LMD, mahasiswa Muslim tertarik dengan pelatihan yang digelar dan mulai menyebarkan ideologi serta kurikulum LMD di kampus masing-masing.
Pada era 1980-an, banyak mahasiswa Muslim Indonesia yang pulang dari belajar di Timur Tengah. Mereka membawa pemikiran tokoh Ikhwanul Muslimin (IM), seperti Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb.
Mereka pun kemudian menerapkan model gerakan IM di kampus-kampus Indonesia. Buku-buku pemikiran IM disebar, dakwah mulai digerakkan berdasarkan pemikiran IM. Dakwah kampus pun mulai menggeliat.
Saat itu, masjid kampus benar-benar menjadi pusat aktivitas dakwah mahasiswa, kegiatan-kegiatan berupa halaqah tumbuh sangat pesat. “Makin maraknya kegiatan dakwah saat itu, mendorong aktivis-aktivis Islam untuk melembagakan gerakan dakwah kampus menjadi unit kegiatan mahasiswa yang resmi, lalu muncullah Lembaga Dakwah Kampus (LDK),” ujar Ardian.
LDK generasi awal berada di ITB, UI, IPB, dan UGM. Empat universitas tersebut kemudian menjadi tempat menimba ilmu para aktivis Muslim kampus lain. Menggunakan pola stelsel, mereka kemudian mendakwahkan apa yang mereka dapat ke kampus mereka masing-masing.
Dengan pola tersebut, aktivitas LDK kemudian menyebar ke universitas ternama lain, seperti Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Universitas Hasanudin (UNHAS) Makassar. LDK terus berkembang ke seluruh penjuru nusantara.
Hingga akhir 1990, LDK juga mampu menembus kampus agama, seperti IAIN dan perguruan tinggi swasta yang selama ini menjadi basis intelektual kalangan pesantren. Hingga kini, tercatat sekitar 800 LDK di seluruh Indonesia.