Kamis 06 Mar 2014 20:56 WIB

Cerita Islam di Bulgaria (2)

Muslimah Bulgaria.
Foto: Slavorum.com
Muslimah Bulgaria.

Oleh: Teguh Setiawan

Madan adalah kota kecil berpenduduk 6.000 jiwa1. Lebih 90 persen adalah Muslim Bulgaria atau Pomaks dan keturunan Turki. 

Pada sepuluh tahun pertama sejak keruntuhan komunis, tidak ada perubahan signifikan di Madan. Memasuki tahun 2000, perubahan mulai terlihat di hampir setiap sudut kota dan desa-desa di sekelilingnya.

Memasuki 2005, perubahan sosial-keagamaan di Madan menjadi masif.  Gadis-gadis Madan tidak lagi mengenakan rok pendek, atau pakaian ala-Barat lain, tapi berpakaian ala Arab dengan rok menutup seluruh kaki dan kŭrpa (jilbab).

Restoran tidak lagi menjual semua menu berbahan dasar daging babi. Wanita dilarang keluar rumah malam hari tanpa ditemani suami, atau saudara laki-laki.

Liliana, rekan Silvi yang berprofesi sebagai distributor kosmetik untuk Madan, menghadapi persoalan lebih rumit. Ia lahir dan besar dari keluarga hodzha (ulama), dan tinggal di sebuah desa yang berjarak 30 menit perjalanan dari Madan. Berbeda dengan Silvi, Lili membiarkan warna asli rambutnya tergerai.

Setiap kali berangkat dari rumah, Lili–demikian wanita yang ditemui Kristen Ghodsee tahun 2005 yang masih berusia 30 tahun itu–mengenakan busana Muslim, atau Arabski stil (bergaya Arab). Di tempat kerja, Lili menanggalkan busana itu, dan mengenakan rok pendek ala-Barat.

Lili harus melakukan semua itu demi mempertahankan pekerjaannya. Ayahnya tahu tapi tak bisa berbuat apa-apa. Lili, ibu berputra dua yang ditinggal suami, adalah tulang punggung keluarga. Ayahnya sangat tua, dan salah satu ulama dihormati di lingkungannya.

Sebagai hodzha, ayah Lili telah melewati masa-masa paling pahit dalam perkembangan Islam di Bulgaria, khususnya Madan. Sekitar satu dekade lalu, Lili kerap mengantar sang ayah ke Madan untuk shalat Jumat.

Ia masih ingat bagaimana sang ayah kerap mengeluhkan suasana kota yang kotor dan pemabuk memasuki masjid, pada tahun-tahun pertama usai keruntuhan komunis.

Ketika terakhir kali ke Madan untuk shalat Jumat sekitar tahun 2.000, Lili menyaksikan ayahnya tersenyum melihat pembangunan masjid dan sejumlah madrasah. Namun bagi Lili, Madan menjadi kota yang tak dikenal.

Madan yang dikenal Lili adalah kota sekuler, dengan anak-anak muda berpakaian rok mini, celana ketat, dan t-shirt tanpa lengan, serta restoran tanpa bertuliskan ‘halal’. Madan yang dalam bahasa Arab berarti ‘kota’ kini menjadi satu dari sekian kota kecil masyarakat Muslim Bulgaria yang menemukan kembali identitasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement