Kamis 13 Mar 2014 15:42 WIB

Kerusuhan di Venezuela, 3 Orang Tewas

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Bendera Venezuela
Foto: walls-world.com
Bendera Venezuela

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS-- Unjuk rasa yang masih berlanjut di Venenzuela kembali memakan korban jiwa. Demonstrasi yang dilakukan pada Rabu kemarin, setidaknya mengakibatkan tiga orang pengunjuk rasa tewas.

Insiden ini menambah jumlah korban jiwa menjadi 25 orang akibat aksi unjuk rasa melawan pemerintahan. Reuters melaporkan ribuan pendukung pemerintahan dan oposisi pemerintahan turun ke jalanan dan menduduki jalanan ibukota.

Kekerasan tersebut terjadi ketika pasukan garda nasional memblokade unjuk rasa pihak oposisi saat meninggalkan Plaza Venezuela dan akan menuju kantor ombudsman. Para mahasiswa pun melemparkan batu dan bom bensin, serta memecahkan kaca. Pihak aparat keamanan membalasnya dengan menembakkan gas air mata dan water cannon. Akibatnya, puluhan orang terluka.

Sementara itu, di negara bagian Carabobo, seorang mahasiswa, dan pria setengah baya, serta seorang komandan tentara ditembak mati dalam insiden bentrokan. Pria berusia 42 tahun itu tewas dalam kerusuhan yang sama. Menurut walikota setempat, ia ditembak saat melukis di rumahnya.Sedangkan, seorang komandan tentara tewas setelah ditembak dalam sebuah bentrokan.

"Ia ditembak dalam bentrokan dengan penjahat teroris," kata pejabat pemerintahan.

Para aktivis oposisi pun menyalahkan pendukung pemerintah yang bersenjata karena telah menembak para mahasiswa di Valencia. Namun, gubernur negara bagian menyebut tembakan itu dilakukan oleh penembak jitu di antara para pengunjuk rasa.

Para mahasiswa bersumpah akan terus melakukan aksi protes. Ketidakstabilan negara tersebut dapat menyebabkan adanya tumpah darah yang dapat berimbas pada melemahnya perekonomian. Sebelumnya, Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah menyatakan kemenangannya terhadap percobaan kudeta kepadanya. Ia pun tidak merasa terancam akan digulingkan.

Korban jiwa pertama kali jatuh pada 12 Februari lalu, dua pendukung oposisi dan seorang aktivis pro pemerintah tewas ditembak di Caracas. Insiden ini pun kemudian memicu bentrokan di ibukota dan beberapa kota lainnya di Andean Barat.

"Hari ini kami berunjuk rasa mengecam tindakan represi. Kenapa mereka menyerang kami ketika kami sedang berdemonstrasi? Pasukan keamanan tunduk pada ideologi politik ketika seharusnya mereka melindungi warga," kata seorang mahasiswa hukum Agnly Veliz (22).

Sebaliknya, pihak pendukung pemerintah pun menyalahkan pihak oposisi atas insiden berdarah ini. "Pihak oposisi lah yang menyebabkan kekerasan. Mereka harusnya berpikir lebih cerdas. Barikade jalan tidak masuk akal, mereka hanya membawa kekerasan," kata pendukung pemerintahan Marcos Alacayo (46) di Caracas timur.

Lebih dari 13 ribu orang telah ditahan sejak demonstrasi dilakukan pada Februari. Menurut pemerintah, 92 orang lainnya saat ini masih ditahan, termasuk 14 petugas keamanan. Sedangkan, 300 orang lainnya terluka dalam kerusuhan ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement