Rabu 19 Mar 2014 11:14 WIB

ACT Gagas Komunitas Solidaritas Dunia Islam

Gagasan pembentukan solidaritas Muslim Dunia
Foto: Istimewa
Gagasan pembentukan solidaritas Muslim Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar pertemuan komunitas untuk menggalang kepedulian akan tragedi kemanusiaan yang menimpa umat Islam. Pertemuan yang digagas ACT ini membawa payung besar Solidaritas Kemanusiaan Dunia Islam (SKDI). Sejumlah komunitas hadir bersumbang gagasan dan menyatakan komitmennya.

Fatma Muhammad, ketua Pelaksana acara ini mengatakan, wujud keprihatinan akan kondisi umat Islam yang didera berbagai gejolak dan tragedi kemanusiaan.  “Kami ingin menghimpun berbagai komunitas agar bisa bersatu padu dan berkontribusi membantu penderitaan kaum muslimin di berbagai belahan dunia,” kata Fatma, dalam siaran persnya yang diterima ROL, Selasa (19/3).

Keragaman komunitas yang hadir, diharapkan menguatkan simpul-simpul dukungan khalayak. “Besar harapan kami, karena sudah hadir representasi komunitas seperti One Day One Juz (ODOJ) yang punya member puluhan ribu orang, My Quran sebuah forum dialog yang bahkan diikuti bukan hanya muslim juga yang nonmuslim, Lembaga Silaturahim Dakwah Kampus (LSDK), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Islam Tanpa JIL (ITJ), Komunitas Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Komunitas Mahasiswa Syariah Economic and Banking Institute (SEBI), dan lain-lain,” ujar Fatma.

Menurut Fatma, bukan kebetulan, komunitas yang berkesempatan hadir kali ini, semuanya elemen kaum muda. “Ini bagian dari ikhtiar membangun kesadaran kolektif kaum muda. Kendati perang yang mematikan banyak nyawa, termasuk korban terbesarnya umat Islam, sudah mengglobal, dari Indonesia kami menabuh genderang kepedulian, bukan genderang perang. Pertemuan ini insyaAllah akan bergulir, memaksa banyak hati mengumbar kemanusiaannya, menaklukkan ego dan menjadi manusia yang menghargai kehidupan,” jelasnya.

Vice President ACT,Ibnu Khajar menegaskan, setiap hari kita mendengar info bencana, Gunung Sinabung meletus, banjir melanda, belum selesai Kelud memuntahkan lahar panas, Muslim di Palestina dibombardir, Muslim di Afrika Tengah dibantai. “Kita merasa sedih, setelah beberapa kali kita mendengar kabar yang sama kita kian sedih,  yang kita khawatirkan, ketika ini terus kita saksikan dan dengarkan kemudian kita merasa imun lantas biasa-biasa saja menyaksikan penderitaan yang menimpa saudara-saudara kita. Selamatkan jiwa kita dari imunitas penderitaan sesama manusia, sesama umat beriman,” kata Ibnu.

Ketika tragedi dianggap rutinitas, krisis kemanusiaan hanya difahami sebagai berita yang berganti mengisi halaman media massa, inilah bahaya sejati yang mengancam kemanusiaan. Saat itu, hanya akan ada segelintir orang, sedikit orang yang waras dan sadar untuk berbuat sesuatu, mencegah kemanusiaan tidak sirna dari hatinya, nurani kemanusiaan umat manusia tidak mati.

"Panggilan Solidaritas Kemanusiaan Dunia Islam, ke sana arahnya. Dan faktanya, muslimin secara global mengalamai penderitaan massif,” urai Ibnu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement