REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hannan Putra
Anak-anak kerap bermasalah dalam disiplin.
Selain SDM, keterbatasan fasilitas juga menjadi kendala bagi Yayasan Ummu Habibah. Tempat yang saat ini tersedia hanya sembilan kelas yang masing-masing hanya bisa diisi 20 orang santriwati.
"Yang daftar itu banyak, tapi terpaksa kita seleksi, karena satu kelas hanya bisa diisi 20 orang. Sekarang kita hanya ada 9 kelas," tuturnya.
"Kalau anak-anak itu kan butuh tempat yang luas untuk bermain. Karena tempat kita kurang luas, jadi kita adakan juga rihlah," tambanya.
Seorang pendamping untuk tahfidz anak-anak juga mesti sabar. Salah satu pengajar tahfidz di Ponpes Daarul Qur'an, Ahmad Slamet Ibnu Syams mengatakan kesulitan para santri dalam menghafal disebabkan tajwid yang kurang benar.
"Sehingga kesulitan untuk menghafal. Jadi di awal pembelajaran kita menggembleng mereka dari sisi tajwid praktis dulu," paparnya.
Dalam pembelajaran mungkin para santri akan bosan, namun para ustaz tidak boleh menyerah memberi semangat.
Ia berpesan, agar para ustaz pembimbing tersebut selalu tekun dan telaten. "Kesulitan umum para asatidz adalah mendidik santri untuk selalu disiplin," ujarnya.
Untuk menguatkan pendamping, mereka harus memiliki motivasi yang benar. Slamet sendiri mengaku termotivasi hadis Rasulullah SAW "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya," tuturnya.
Tenaga pengajar di Ponpes Al Kahfi Bogor, Endang Rancasa mengatakan ia punya kiat khusus untuk memompa semangat santri menghafal Alquran.
"Kita bacakan mereka hadis yang berkaitan dengan keutamaan orang yang menghafal Alquran," ungkapnya. Di samping itu, ia juga menghadirkan orang-orang yang sudah hafal Alquran santri semakin semangat.