Selasa 25 Mar 2014 11:50 WIB

Perkembangan Islam di Kolombia (1)

Muslim Kolumbia melaksanakan shalat berjamaah di Islamic Center Kolumbia.
Foto: Theiccm.org
Muslim Kolumbia melaksanakan shalat berjamaah di Islamic Center Kolumbia.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Para imigran Muslim bisa mendapatkan pendidikan tinggi dan hidup sejahtera.

Kolombia terkenal sebagai negara berkembang yang banyak terjadi kriminalitas. Adanya kartel narkoba yang besar dan terpelihara hingga kini memperburuk kondisi negara yang berada di Amerika Selatan ini.

Namun, di antara hiruk pikuk kehidupan warganya, ada eksistensi dari umat Muslim yang selalu berusaha untuk menunaikan semua ibadahnya, hidup dengan damai, dan terus berdakwah.

Awal mula Muslim yang tinggal di wilayah ini adalah para imigran yang berasal dari negara-negara timur tengah pada sekitar akhir abad ke-19. Kemudian, disusul para imigran yang berasal dari Asia Selatan dan kini juga banyak warga lokal yang tertarik menjadi mualaf.

Ada tiga hal yang mendorong lahirnya komunitas Muslim di negara yang menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa pengantar ini. Pertama, periode setelah konflik politik di negara-negara Timur Tengah.

Kedua, jatuhnya Kekaisaran Ottoman yang mendorong minoritas Arab ke tanah Amerika. Ketiga, migrasi warga Palestina setelah perang dunia kedua dan setelah penciptaan Negara Israel pada 1948 serta migrasi warga Lebanon sekitar 1960-an.

Kolombia memiliki populasi Muslim sebanyak 86 ribu jiwa yang berarti mencakup 0,2 persen dari total penduduk yang berjumlah sekitar 42 juta orang. Kebanyakan Muslim Kolombia adalah orang Lebanon, Suriah, dan Palestina. Mereka datang ke Kolombia sekitar 1880 hingga 1960.

Mereka datang karena perang yang terjadi di Timur Tengah dan mencari kehidupan yang lebih baik lagi dibandingkan tempat asal mereka. Kebanyakan, para imigran pertama tampak sebagai Muslim yang taat dibandingkan dengan generasi kedua dan ketiganya. Muslim generasi pertama sebagian besar masih berbicara dalam bahasa Arab antara satu dengan yang lain.

Dari tulisan Diego Castellanos yang berjudul Islam in Colombia: Between Assimilation and Exclusion, dijelaskan kehidupan Muslim di Colombia sangatlah kompleks. "Karena, budaya masyarakat lokal masih sangat kuat," tulisnya.

Muslim menjadi kaum minoritas di negara ini. Dan, melihat apa yang terjadi dalam kesehariannya, tidak terjadi proses asimilasi yang signifikan antara Islam dengan budaya masyarakat setempat. Warga asli menolak adanya proses asimilasi dengan Islam.

Tapi, justru karena inilah Islam malah bisa bertahan sesuai aslinya, berbeda dengan kedatangan agama lain, seperti Kristen Pantekosta yang mendaur ulang formasi praktik-praktik leluhur masyarakat asli Kolombia.

"Kehadiran komunitas Muslim yang sudah selama 40 tahun ini menjaga eksistensinya justru memperlihatkan bahwa agama inilah yang paling luhur di antara yang lainnya," tulis Diego.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement