Oleh: Erdy Nasrul
Internet efektif untuk menjangkau Muslim di lintas wilayah.
Almarhum Ustaz Jefri al-Buchori menulis pesan terakhir di akun media sosial khusus Android. “Pada akhirnya.. Semua akan menemukan yang namanya titik jenuh.. Dan pada saat itu.. Kembali adalah yang terbaik.. Kepada siapa? Kepada Dia pastinya.. Bismikallahumma ahya wa bismika amut.”
Pesan ini dibaca oleh ribuan penggemarnya di akun media sosial. Belum lagi media massa yang mengutipnya. Republika Online (ROL) saja mengutip pesan terakhir itu, tidak kurang dari 45 ribu orang membacanya.
Pendakwah lain, seperti Ustaz Muhamad Arifin Ilham juga memanfaatkan media sosial, seperti Facebook. Sejumlah 1,8 juta orang menyukai profil dai yang terkenal dengan suara serak-serak basah ini.
Dia menulis di Facebook tentang keinginannya untuk memasukkan anak ke pesantren. Tulisannya itu dikomentari sekitar 4.200 orang. Sekitar 27 ribu orang menyukai tulisan tersebut.
“Dakwah dengan memanfaatkan dunia maya lebih cepat menarik perhatian,” kata Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail.
Hal itu dibuktikannya sendiri dengan membuat sebuah akun Twitter. Dia langsung menulis singkat tentang mukjizat Alquran. Tidak lama kemudian, banyak tanggapan berdatangan.
Menurutnya, dunia maya menjadi lahan efektif berdakwah, mengajak umat pada kebaikan. Dunia maya dapat mendekatkan umat Islam yang jauh. Komunikasi dapat berlangsung efektif secara terus-menerus, asalkan aktif di dunia maya.
Sebab, seorang dai akan kesulitan untuk berkeliling Indonesia secara terus-menerus. “Tubuh dai hanya satu, tidak bisa berdakwah bersamaan di seluruh Indonesia,” katanya.
Dunia maya dapat dimanfaatkan untuk mempermudah aktivitas dakwah. Sekali berceramah, kemudian direkam dalam video. Lalu, diunggah ke situs Youtube, misalkan. Masyarakat di belahan dunia manapun dapat langsung menikmati video berisi ceramah keagamaan tersebut.
Satori menyatakan dunia maya sangat efektif untuk mempererat hubungan emosional antara umat dan dai serat ulama. Dahulu, umat harus menyambangi ulama. Saat ini, umat cukup mengirim e-mail, pesan singkat, atau menelepon dai atau alim ulama. “Dan, langsung terjawab apa kegelisahannya selama ini,” ujar Satori.