REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) sepakat memperkuat kerja sama bisnis antara kedua negara sebagai tindak lanjut dari nota kesepahaman pada 2006 yang ditandatangani oleh Kadin Indonesia dan Kadin UEA (ICC UEA).
Upaya memperkuat kerja sama itu dilakukan salah satunya melalui penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah kedua negara di Jakarta, Selasa (8/4). "Dubai adalah "trading point", bagaimana kita berniaga dengan biaya transaksi yang efisien karena Dubai merupakan zona pengolahan dan pergudangan," kata Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Kewirausahaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawady.
Ia mengatakan Dubai di UEA merupakan titik rantai perdagangan (supplay chain) paling murah karena terletak di tengah jalur perdagangan dunia. "Kalau kita berpikir global kita harus cari supplay chain paling murah dari sisi waktu dan jaringan," katanya.
Ia mengatakan Dubai sekaligus menjadi tempat paling efisien di dunia karena tidak memungut biaya pengolahan, sewa gudang, hingga transportasi. "Ketika mau jual ke Dubai BM hanya enam persen. Keluar dari Dubai free," katanya.
Pihaknya mendorong Kadin khususnya para pelaku UMKM untuk memanfaatkan kerja sama dua negara itu termasuk untuk memasarkan produk melalui Dubai. Ia menilai produk Indonesia yang kemungkinan bisa masuk melalui Dubai adalah fesyen muslim dan berbagai produk halalan thoyiban.
Kementeriannya bahkan menyediakan program inkubator bisnis bagi pelaku UMKM untuk bisa mengakses pasar Dubai.
Wakil Komite Tetap Kadin Bidang Standardisasi dan Mutu Produk Kadin Indonesia Achmad Widjaja mengatakan kerja sama itu merupakan peluang yang sangat baik bagi perusahaan perdagangan di Indonesia. "Apalagi kita sedang mencari pusat pengapalan atau transshipment hub," katanya.
Peluang, kata dia, juga terbuka bagi mereka perusahaan logistik atau pergudangan yang sedang mencari kontraktor untuk mendirikan gudang di wilayah Timur Tengah dan Afrika. "Peluang ini sangat baik bagi pelaku bisnis bukan hanya yang berskala besar tapi juga UKM untuk merambah pasar yang lebih luas," katanya.
Ia juga berharap arus kerja sama perdagangan antara dua negara dapat mendongkrak pengembangan lembaga pembiayaan ekspor nasional untuk tujuan Timur Tengah dan Afrika. Pada kesempatan yang sama CEO Jebel Ali Free Zone (JAFZA) Dubai Ibrahim Al Janahi mengatakan pelaku usaha di Indonesia harus mampu menempatkan bisnisnya pada zona perdagangan bebas yang paling sukses di dunia.
"Tempatkan bisnis Anda pada FTZ paling sukses di dunia yang menjadi hub antara dunia timur dan barat," katanya.