Kamis 10 Apr 2014 20:41 WIB

DR Idris Parakkasi: Pemahaman Munculkan Keteladanan (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Meneladani Rasulullah SAW tidak cukup hanya dengan membaca sirah. Akan tetapi, harus dibarengi pula dengan mengamalkan apa yang diajarkan Rasulullah.

Nah, untuk menuju level tersebut, perlu ada pemahaman yang luas tentang kehidupan Rasulullah. “Ketika sudah paham, kita akan meniru,” kata dosen Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, DR Idris Prakkasi.

Apa dan bagaimana meladani sosok Rasul dari berbagai aspek? Berikut lanjutan perbincangan jebolan program doktoral tersebut kepada wartawan Republika Erdy Nasrul.

Seperti apa contoh kemandirian yang diteladankan Rasul?

Nah, ketika masih anak-anak, menginjak usia remaja, beliau sudah dididik untuk hidup mandiri. Bayangkan, masih 12 tahun, Rasulullah sudah berdagang dari Makkah ke Syam. Tidak kurang dari seribu kilometer itu jaraknya. Rasulullah juga beternak. Hasilnya kemudian dijual baik berupa daging, kulit, dan susu.

Ada beberapa keteladanan dalam hal ini. Pertama tentu kemandirian berekonomi. Dalam kondisi yang terbatas, seseorang sebenarnya mampu mengeluarkan segenap potensi untuk mempertahankan eksistensi. Dalam jumlah besar pun demikian.

Negara, misalkan, tidak ada salahnya meniru kepribadian Rasulullah yang satu ini. Mandiri dalam ekonomi ini perlu agar memunculkan kekuatan kolektif untuk tetap eksis. Tentu, ini bagian dari bertahan sekaligus mengembangkan diri.

Kedua, kita harus memahami ini sebagai jihad, yaitu memaksimalkan segala upaya yang ada dalam diri kita untuk berekonomi. Rasulullah sudah mencontohkan jihad harta. Ingat, ”wa jahidu bi amwalikum wa anfusikum,” berjihadlah dengan harta dan diri kalian.

Kemandirian penting untuk mengokohkan mental kita. Jangan sampai mudah loyo hanya karena diterpa permasalahan hidup. Jangan sampai mental rapuh karena menjadi pengangguran. Tirulah Rasulullah. Dalam kondisi yatim piatu bisa tetap hidup dan mandiri.

Rasulullah dalam berekonomi juga mengajarkan kepada kita tentang etika bertransaksi. Jangan sampai bertransaksi yang berlebihan, seperti mengambil untung terlalu banyak. Jangan sampai berjudi dan berbagai transaksi yang dianggap merusak perekonomian. Ini adalah etika. Rasulullah mengajarkan itu agar kita menjadi orang yang beradab.

Bagaimana meneladani Rasulullah dalam kehidupan?

Kita harus memahami sosok Rasulullah SAW sebagai suri teladan. Ketika sudah memahami itu, tentu kita akan meniru atau mencontoh beliau. Beliau adalah panglima perang yang berada di baris terdepan.

Beliau adalah pemimpin yang penuh perhatian. Kebijaksanaannya membuat masyarakat yang dia pimpin senang. Beliau juga seorang pelaku ekonomi yang banyak mengajarkan kemandirian bagi kita.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement