Ahad 13 Apr 2014 02:09 WIB

12 Negara Minta Korut Hapus Program Senjata Nuklir

Sebuah pembangkit nuklir di Wolsung, Korea Utara (Foto: dok). Dua pembangkit nuklir Korea Selatan ditutup setelah ada kerusakan alat, Selasa (2/10).
Foto: AP
Sebuah pembangkit nuklir di Wolsung, Korea Utara (Foto: dok). Dua pembangkit nuklir Korea Selatan ditutup setelah ada kerusakan alat, Selasa (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dua belas negara yang berusaha untuk menghapus senjata nuklir Sabtu (12/4) mencela program atom Korea Utara pada penutupan satu pertemuan di Hiroshima, mengatakan hal itu membahayakan stabilitas global.

Prakarsa Perlucutan Senjata dan Non-Proliferasi Nuklir (NPDI) mengkritik program nuklir dan rudal Korea Utara serta mendesak negara tersebut untuk menerima inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan kembali ke Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).

"Kami sangat mengutuk program nuklir dan rudal balistik Korea Utara yang merusak NPT dan rezim nonproliferasi, yang secara keseluruhan bisa menimbulkan ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas regional dan global," kata pernyataan.

"Kami sangat mendesak Korea Utara untuk meninggalkan semua senjata nuklir dan program nuklir yang ada, serta kembali patuh pada perjanjian keamanan IAEA dan NPT," katanya menambahkan.

NPDI, diluncurkan pada tahun 2010, terdiri Australia, Kanada , Chili, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Nigeria Filipina, Polandia, Turki dan Uni Emirat Arab.

Lebih lanjut pernyataan meminta para pemimpin negara yang dilengkapi dengan senjata nuklir untuk mengunjungi Hiroshima dan Nagasaki, dua kota di Jepang yang dihancurkan oleh bom atom AS

dalam Perang Dunia II, untuk "menyaksikan konsekuensi dengan mata mereka sendiri."

Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara telah melakukan latihan dengan peluru tajam di dekat perbatasan yang disengketakan dengan Korea Selatan, melakukan uji tembak rudal balistik yang mampu memukul Jepang, menerbangkan pesawat tak berawak ke Selatan dan mengancam dengan satu jenis "baru" dari uji nuklir.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement