Oleh: Heri Ruslan/Syahruddin El-Fikri
Setelah Rasulullah SAW wafat, arsitektur Islam berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam ke Asia barat, seluruh pantai utara Afrika sampai Spanyol, seluruh Asia tengah, ke sebagian India dan termasuk ke Indonesia.
Arsitektur Islam, menurut banyak pihak, sangat identik dengan arsitektur masjid. Jika ingin menyaksikan dan melihat arsitektur Islam, perhatikanlah bentuk masjid.
Pernyataan ini cukup beralasan, jika melihat asal-muasal arsitektur Islam yang dilakukan Rasulullah SAW saat membangun Masjid di Madinah.
Namun demikian, sebenarnya, seiring dengan penyebaran dan perkembangan Islam ke berbagai belahan dunia, arsitektur Islam mulai berasimilasi dengan arsitektur dan kebudayaan lain.
Hingga saat ini, seni dan arsitektur Islam masih bisa dijumpai di berbagai tempat, bangunan dan negara. Dari sekian banyak model arsitektur Islam yang berkembang dari Timur Tengah (Arab Saudi), hingga Eropa, Asia dan Amerika, terdapat beberapa ciri khusus yang memiliki kemiripan atau kesamaan bentuk. Diantaranya :
Mihrab Masjid
Mihrab adalah bagian penting yang selalu hadir dalam arsitektur sebuah masjid. Sebab, mihrab merupakan tempat tempat imam memimpin shalat. Merriam Webster mendefinisikan mihrab sebagai sebuah tempat yang menjorok ke dalam atau ruangan di dalam masjid yang menjadi penanda arab kiblat.
Tak hanya sebagai penanda arah kiblat, mihrab juga berfungsi sebagai tempat imam memimpin shalat. Secara harfiah, menurut Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH), kata mihrab berarti gedung yang tinggi. Sebagian ulama berpendapat mihrab sebagai tempat memerangi setan dan hawa nafsu. Menurut mereka, mihrab berakar dari kata al-hurba yang berarti peperangan.
Mihrab pertama kali mewarnai khazanah arsitektur masjid mulai tahun 88 Hijriyah atau 708 Masehi. Kali pertama, mihrab dibuat di dalam Masjid Nabawi oleh Umar bin Abdul Aziz, saat menjabat Gubernur Madinah Munawaarah, pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik.