REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (6/5) pagi, bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp 11.512 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.545 per dolar AS.
"Laju nilai tukar rupiah kembali terapresiasi didukung oleh peningkatan harga beberapa obligasi dan penguatan mata uang di negara-negara Asia terhadap dolar AS," kata Kepala Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (6/5).
Ia menambahkan bahwa gencarnya Amerika Serikat memberikan sanksi politik kepada Ukraina menambah sentimen negatif bagi laju dolar AS. "Investor khawatir terhadap konflik di Ukraina dapat menganggu pasokan dan mendorong harga energi melonjak sehingga dapat menahan optimisme tentang pertumbuhan ekonomi AS," ujar Reza.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS cenderung melemah seiring dengan investor mempertimbangkan pertumbuhan upah yang stagnan dan penurunan tajam angkatan kerja di Amerika Serikat. Selain itu, lanjut dia, dolar AS juga cenderung tergelincir terhadap sebagian besar mata uang utama dunia seiring dengan imbal hasil obligasi pemerintah (yield Treasury) Amerika Serikat yang merosot, yang mengikis daya tarik aset-aset AS.
Namun, kata dia, depresiasi dolar AS masih terbatasi oleh indeks sektor jasa yang naik sehingga mengindikasikan ekonomi terbesar di dunia itu akan kembali mendapat momentum pemulihan.