Kamis 15 May 2014 20:04 WIB

Selandia Baru Getol Garap Wisata Halal (2-habis)

Logo produk halal Selandia Baru yang diwacanakan dalam ekspansi produk halalnya.
Foto: onislam.net
Logo produk halal Selandia Baru yang diwacanakan dalam ekspansi produk halalnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi

Ryan mengatakan salah satu solusinya adalah menawarkan faktor ketenangan bagi wisatawan Muslim seperti makanan halal, memberi tanda arah kiblat di kamar-kamar hotel, dan memasang informasi lokasi masjid terdekat.

Dengan begitu, kata dia, wisatawan Muslim dapat shalat atau berinteraksi dengan komunitas Muslim di sekitar lokasi wisata.

Iklan pusat aktivitas wisata ramah Muslim juga diperlukan. Wisatawan Muslim cenderung menghindari pantai sebagai tempat wisata dan lebih memilih tempat wisata bagi keluarga.

Berjalan-jalan, mengunjungi situs bersejarah, melihat-lihat atraksi geotermal dan vulkanis, termasuk kegiatan wisata paling populer yang dilakukan wisatawan Muslim.

Ryan menuturkan, ajaran Islam mendorong umat Islam untuk bepergian mengunjungi sanak keluarga (silaturahim).

Dalam Alquran juga menyebut untuk melihat keindahan alam ciptaan Allah SWT, dan Selandia Baru memiliki beberapa di antaranya.

Pelaku pariwisata halal dan pemilik MK Tours, Mohammad Alam, mengatakan suguhan produk halal yang ditawarkan Selandia Baru mengejutkan banyak pengunjung.

Sayang, pemasaran yang kurang baik membuat informasi itu kurang tersebar. Ini berbeda dengan keseriusan Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara ini dinilai lebih agresif.

''Jaringan pelaku pariwisata siap menghidangkan makanan halal dan menyediakan ruang shalat memadai bagi setiap Muslim agar merasa nyaman,'' kata Alam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement