REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rusia akan menghadapi tebusan tambahan cukup besar jika negara itu melanjutkan prilaku provokatifnya di Ukraina, kata Presiden AS Barack Obama dan timpalannya dari Prancis Francois Hollande pada Jumat (16/5).
Ketika berbicara dengan Hollande melalui telepon mengenai situasi di Ukraina, Obama memuji upaya Kiev untuk menyatukan negeri itu dengan menyelenggarakan pemilihan presiden bebas dan adil pada 25 Mei, yang "akan menghasilkan proses pembaruan undang-undang dasar dengan melibatkan banyak pihak", kata Gedung Putih.
Sangat banyak warga di Ukraina, termasuk di wilayah timur negeri tersebut, mendukung satu proses yang akan menjadi dasar keputusan seputar pembaruan undang-undang dasar dibuat dengan cara yang layak, kata Juru Bicara Gedung Putih Jayr Carney dalam taklimat rutin pada Jumat.
Situasi di sebagian besar wilayah Ukraina "tenang" dan persiapan "sedang berlangsung" bagi pemilihan umum mendatang, kata Carney, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Sabtu. Ia menambahkan, "Tentu saja, itu adalah sesuatu yang baik dan perkembangan yang disambut baik."
Obama dan Hollande juga membahas situasi di Nigeria dan konferensi regional mendatang di Paris yang bertujuan meningkatkan kerja sama regional guna memerangi ancama teror yang ditimbulkan oleh Boko Haram, demikian isi pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.
Prancis pada Sabtu dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan dengan Nigeria dan tetangga Afrikanya mengenai keamanan setelah anggota Boko Haram menculik lebih dari 200 pelajar putri pada April. Peristiwa itu memicu kemarahan global dan meningkatkan seruan bagi kerja sama keamanan erat guna memerangi jaringan teror di wilayah tersebut.