Oleh: Nashih Nashrullah
Serangan budaya Barat tak dimungkiri berdampak pada pergeseran tradisi pernikahan di Somalia.
Di beberapa wilayah, tak lagi ditemukan pembacaan doa yang disampaikan oleh para ulama yang hadir di resepsi tersebut. Doa ini secara garis besar meminta agar Sang Khaliq melanggengkan ikatan pernikahan yang suci tersebut hingga ajal menjemput.
Namun saat ini, di sejumlah kota-kota utama Somalia, doa-doa itu telah digantikan dengan lagu-lagu dari penyanyi profesional Somalia atau lagu-lagu tradisional.
Sedangkan mereka yang tinggal di perantuan, seperti di AS, Eropa, atau Asia, doa berubah menjadi musik yang dibawakan oleh biduwan terkemuka Amerika dan Barat, seperti Puff Daddy, Celine Dion, dan lain-lain.
Demikian juga nasib “Baraambur”, tak lagi menarik bagi generasi Somalia masa kini. “Tidak ada doa untuk pria dan wanita, semuanya telah berubah, dan kami terkejut,” ujar Ahmed Sheikh Ali, sesepuh Somalia, kepada The Star.
Pergeseran nilai tradisional juga tampak dari prosesi menari. Dalam budaya tradisional Somalia, tarian itu dilaksanakan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kedua mempelai juga tidak diperbolehkan menari di depan tamu, tetapi selera kini berubah.
Sebagian mempelai justru dipersilakan membawakan tarian di hadapan tamu. Dan kini, budaya tari itu malah digelar di aula besar dan berlangsung kolektif, tidak ada pemisahan antara lawan jenis. Bahkan, tak jarang kedua mempelai berciuman di depan tamu, fenomena yang tak dibenarkan menurut agama mereka.