REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI), menyampaikan lima poin, mengenai pantauan tayangan Ramadhan pada minggu pertama, (4/7). Secara keseluruhan, MUI menganggap, banyak perubahan positif dibandingkan tahun lalu.
Pada poin pertama, Elvi Hudhriyah mewakili tim pemantau MUI, menyebutkan beragam program Ramadhan yang harus diapresiasi, seperti audisi dai muda di Indosiar, hafidz Al quran di RCTI, dan pelajaran Bahasa Arab di TVRI. Semua acara itu dianggap memberikan inspirasi, serta inovasi positif kepada pemirsa.
Kemudian pada poin kedua, diungkapkan, beberapa program yang diapresiasi dengan catatan, seperti program 'Ini Sahur' Net TV, dan acara di Global TV.
"Acara 'Ini Sahur' sebenarnya acara menarik, dan dikemas santai. Sayangnya masih ada lawakan berlebihan. Kemudian untuk Global TV acaranya bagus dan menarik, namun pada di awal-awal Ramadhan malah tidak menyiarkan azan Maghrib," kata Elvi, dalam Konferensi Pers, di Kantor MUI, Jakarta Pusat, pada Jumat malam (4/7).
Di poin ketiga, MUI menemukan ada lembaga penyiaran yang mengurangi program Ramadhannya, seperti ANTV dan TV One. Saat sahur, keduanya justru menayangkan pertandingan Piala Dunia.
Poin selanjutnya, dijabarkan beberapa sinetron religi yang perlu mendapat perhatian. Menurut MUI masih terdengar kata-kata kasar yang diucapkan pemeran dalam sinetron itu. Misalnya, pada serial Tukang Bubur Naik Haji di RCTI, 3 Semprul di SCTV, dan sebagainya.
Pada poin terakhir, MUI merasa kecewa, karena masih ada acara yang menonjolkan lawakan serta eksploitasi tubuh wanita secara berlebihan. "Mereka hanya mengganti judul, namun format acara tetap sama, seperti Yuk Kita Sahur yang berganti menjadi Sahur Ramadhan," kata Evi.