Oleh: Anjar Fahmiarto
Pakar Gizi Universitas Indonesia Dr dr Inge Permadi MS SpGK mengatakan, makanan saat Idul Fitri yang cenderung berlimpah dan biasanya terus-menerus dipanasi kurang sehat.
Karena itu, lebih baik memasak makanan untuk Lebaran secukupnya saja. “Hindari makanan yang terus-menerus dipanasi,” kata Inge, seperti dikutip Antara.
Menurut Inge, perlu ada kesadaran bahwa makanan yang di masak saat Idul Fitri juga bisa dimakan pada saat yang lain. Oleh sebabnya, lebih baik masak secukupnya dan bila habis, masak menu lainnya.
“Mungkin ada yang berpikir akan repot karena asisten rumah tangga pulang kampung. Tapi, momentum seperti itu justru bisa meningkatkan kebersamaan keluarga dengan memasak bersama-sama saat libur Lebaran,” ujarnya.
Inge mengatakan, makanan yang terus-menerus dipanasi memang cenderung lebih enak dan gurih karena bumbunya akan semakin meresap. Namun, makanan yang dipanasi berulang kali akan kehilangan kadar vitamin dan gizinya.
“Apalagi, makanan untuk Lebaran biasanya banyak mengandung lemak dan minyak. Lemak dan minyak yang dipanasi berulang-ulang juga tidak sehat, sama dengan minyak goreng yang digunakan berulang kali sampai rusak,” katanya.
Tak kalah penting, untuk mengimbangi makanan saat Idul Fitri yang cenderung berlemak dan berkalori tinggi, perlu konsumsi sayuran dan buah-buahan segar.
“Hindari makan sayuran beku atau buah kalengan. Buah kalengan diawetkan dengan gula sehingga kadar kalorinya tinggi. Lebih baik makan buah segar dan diimbangi juga dengan aktivitas seperti olahraga ringan,” ujar Inge.
Menurut Inge, pada saat puasa juga banyak yang justru menjadi lebih gemuk dan berat badannya ber tambah. Hal itu karena pola makan yang tidak diatur setelah berbuka.
“Karena siang harinya puasa, banyak yang berpikir setelah berbuka harus banyak makanan manis. Makanan yang berkalori tinggi adalah makanan mengandung gula dan lemak,” katanya.
Apalagi, setelah makan cukup banyak pada malam hari, orang cenderung tidak banyak beraktivitas sehingga tidak ada kalori yang terbakar.