Ahad 20 Jul 2014 13:23 WIB

Umat Islam Masih Sedikit yang Sadar Berzakat

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Erik Purnama Putra
Ustaz Bachtiar Nasir (kanan) dan yang dipimpin Ustaz Yusuf Mansyur memberikan tausiyah dalam acara
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ustaz Bachtiar Nasir (kanan) dan yang dipimpin Ustaz Yusuf Mansyur memberikan tausiyah dalam acara "Indonesia Berdoa Untuk Pemilu 2014" di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam banyak yang terjebak dalam kemiskinan. Perekonomian mereka terpuruk, sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sekjen Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustaz Bachtiar Nasir memaparkan, kondisi umat Muslim di Indonesia tidak bisa dipungkiri masih memprihatinkan. Faktor ekonomi menjadi salah satu sebab umat tertinggal gerbong kereta, atau bahkan disebabkan malah melupakan kampung akhirat.

"Hal ini membuat umat rentan menjadi sasaran musuh yang melihat seperti makanan yang diperebutkan," katanya dalam peluncuran Tabungan Infaq di Jakarta, Ahad (20/7).

Bahtiar mengutip sebuah hadis bahwa umat Islam, meskipun berjumlah banyak namun laksana buih di lautan karena umat terlalu cinta dunia dan takut mati. Fenomena cinta dunia, atau penyakit wahn, disebabkan karena kurang sadarnya umat Muslim terhadap beribadah dengan harta.

Menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), sekitar 1 persen saja umat Islam yang sadar dan mau berzakat. Padahal potensi zakat ummat Rp 270 triliun per tahun. Jumlah itu sekitar 4,34 persen dari gross domestic product (GDP) Indonesia.

Berangkat dari kondisi itu, Yayasan Pusat Peradaban Islam mengajak masyarakat untuk menyalurkan zakat, menyisihkan sedekah dan memberikan infak di jalan Allah melalui program Tabung Infaq.

"Zakat membebaskan diri dari kemiskinan jiwa dan harta. Sedekah membebaskan diri dari musibah dan membahagiakan diri. Infaq juang memuliakan diri, membangun keluarga terhormat dan memajukan bangsa," ujar Bachtiar.

Tabung Infaq, menurut dia, adalah lembaga pengumpul dan pengelola dana infaq umat di bawah Yayasan Pusat Peradaban Islam, yang didirikan pada tanggal 21 Ramadhan 1435 Hijriah atau bertepatan dengan 19 Juli 2014 di Jakarta dengan modal awal Rp 2 miliar.

Tabungan Infaq ini akan dimanfaatkan nantinya untuk membangun universitas Islam untuk kaderisasi ulama. Program kaderisasi dan kepemimpinan ulama akan dimaksimalkan. Selain itu, tabungan ini akan dimanfaatkan untuk memmberikan beasiswa pendidikan SMU/sederajat dan perguruan tinggi.

"Banyak lagi manfaatnya, seperti dalam bidang sosial dan kesehatan. Kita ingin berdayakan umat dengan maksimal," imbuhnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement