Selasa 05 Aug 2014 19:46 WIB

A Satori Ismail: Ramadhan Usai, Pembuktian Dimulai (2-habis)

Rasulullah menekankan kepada para sahabat pentingnya mempererat silaturahim.
Foto: AP Photo/Francisco Seco/ca
Rasulullah menekankan kepada para sahabat pentingnya mempererat silaturahim.

REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah mencatat, Rasulullah SAW dan generasi salaf tidak pernah kendur dan menurunkan kualitas beribadah seusai Ramadhan. Justru, menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Satori Ismail, pasca-Ramadhan itulah saatnya pembuktian bagi Muslim sejauh mana komitmen beribadah.

“Karena istilah Syawal itu sendiri bermakna peningkatan,” katanya. Berikut lanjutan perbincangan wartawan Republika, Amri Amrullah, dengan Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Dakwah Indonesia itu:

Banyak tradisi lokal menyambut Idul Fitri, bagaimana menurut Anda?

Menurut saya, tradisi lokal di Indonesia terkait merayakan Idul Fitri masih sesuai dengan yang disyariatkan Rasulullah SAW. Meski ada beberapa tradisi tersebut yang harus diperbaiki niat dan praktik awalnya. Yang masih sesuai dengan ajaran syariat, di antaranya, bersilaturahim ke sanak saudara dan orang tua, seperti tradisi mudik ke kampung halaman.

Menurut saya tradisi mudik tersebut, dengan tujuan awal menguatkan silaturahim dengan saudara dan orang tua merupakan hal yang dianjurkan Rasulullah. Meski praktiknya, mudik ini kemudian malah membahayakan diri sendiri dan keluarga dan beberapa cenderung bertujuan riya.

Selain itu, di masyarakat Indonesia ada istilah halal bihalal, tradisi ini memang tidak dikenal di masyarakat Arab. Namun, esensi halal bihalal sebenarnya sangat sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW, untuk mempererat silaturahim dan saling memaafkan pada Idul Fitri.

Contoh tradisi lokal lain yang butuh perbaikan niat dan praktiknya adalah ziarah kubur. Sudah menjadi tradisi di Indonesia setiap jelang Idul Fitri, ada beberapa keluarga yang seolah mewajibkan untuk berziarah ke kuburan orang tua dan yang disayangi.

Menurut saya, niat ini harus diperbaiki karena Rasulullah menganjurkan ziarah kubur sebagai perenungan akan kematian dan tidak pernah mewajibkan waktu-waktu tertentu untuk ziarah kubur.

Selain itu, ada beberapa tradisi yang dijalankan masyarakat Indonesia dan tidak pernah ada dalam Islam. Yakni, berpesta pada malam Idul Fitri merayakan dengan petasan dan kembang api. Hal itu tidak pernah ada dianjurkan oleh Rasulullah SAW karena itu agar cara-cara ini tidak lagi menjadi agenda rutin umat Islam Indonesia.

 

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan generasi salaf pada masa-masa pasca-Idul Fitri?

Rasulullah menekankan setelah Idul Fitri, umat Islam agar tidak melupakan ibadah yang telah dijalankan selama Ramadhan. Karena, istilah Syawal itu sendiri bermakna peningkatan. Rasulullah mencontohkan dengan dianjurkannya puasa Syawal selama enam hari. Kemudian, Rasulullah juga menekankan agar semangat ibadah setelah Ramadhan tidak kendur.

Karena makna Syawal yang berarti peningkatan tersebut, menekankan kepada kita setidaknya upaya kita mencari pahala dengan beribadah selama Ramadhan, sama kualitas dan kuantitasnya setelah Ramadhan hingga tiba Ramadhan di tahun selanjutnya.

Dengan demikian, Rasulullah mengajarkan kepada kita, bahwa Syawal bukanlah ajang balas dendam setelah menahan hawa nafsu selama Ramadhan, tapi masa peningkatan dan persiapan kembali untuk menyambut Ramadhan pada tahun selanjutnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement