Rabu 06 Aug 2014 14:46 WIB

Risalah untuk Para Pencari Ilmu

Ilmu itu lebih berharga dari harta.
Foto: Republika/Tahta Aidilla/ca
Ilmu itu lebih berharga dari harta.

Oleh: Nashih Nashrullah

Risalah ila Thalib al-Ilmi karya Syekh Aiman Sami merupakan sebuah risalah sederhana yang berisikan pesan dan petuah bijak pagi para pencari ilmu.

Ia menekankan satu hal bahwa tugas yang diemban oleh para pencari ilmu sangat mulia dan terhormat. Dengan ilmu yang diperoleh, pada hakikatnya akan mengantarkan mereka terhadap pengakuan yang kuat atas eksistensi Allah SWT.

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Ali Imran [3]: 18).

Dengan ilmu yang diperoleh, derajat mereka akan terangkat. Ini seperti ditegaskan di surah az-Zumar ayat 9 dan Mujadilah ayat 11. Para malaikat pun, seperti tertuang di Hadis Riwayat Abu ad-Darda', akan memberikan restu dan pertolongan bagi para pencari ilmu.

Ali bin Abi Thalib RA pernah berbagi petuah bijak pada Kamil bin Ziyad. Menantu Rasulullah tersebut menegaskan kepada Kamil, “Ingatlah bahwa ilmu itu lebih berharga dari harta. Ilmu akan menjagamu, sementara engkau menjaga harta itu. Ilmu akan berkuasa, padahal harta sering engkau kuasai. Harta akan berkurang dengan dibelanjakan, sementara ilmu semakin bertambah jika sering disalurkan.”

Namun, kini sebut Syekh Aiman, ada spirit yang tampaknya hilang dari para pencari ilmu. Di dunia pendidikan, roh itu kian tersingkir di tengah gegap gempita materialisme. Menuntut ilmu hanya dianggap ritual biasa. Berangkat ke sekolah, belajar, menelaah pelajaran, lalu kembali ke rumah untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Begitu setiap hari.

Persoalan paling krusial, ungkap dia, menukil pernyataan Abdullah Ibn al-Mubarak, yaitu perihal ketidaksesuaian antara ilmu yang diperoleh dan praktik. Ibn al-Mubarak pernah berseloroh, suatu ketika, ia mencari ilmu, lalu mendapatkan potongan kecil darinya, tetapi ketika ia hendak menelusuri etika, ternyata sedikit sekali yang berhias dengan adab. “Nyaris punah sama sekali,” kata tokoh terkemuka generasi salaf itu. Kesesuaian antara ilmu dan amal adalah hal mutlak yang penting digarisbawahi oleh para pencari ilmu.  

Syekh Aiman menduga, serangkaian etika menuntut ilmu tak lagi diperhatikan. Adab paling utama yang terlupakan itu ialah pentingnya penekanan niat. Orientasi mencari ilmu mesti dilandasi atas semangat ibadah dan pengabdian untuk-Nya. Sekolah ataupun kuliah, bukan cuma diniati untuk mendapat pekerjaan. Terkadang, memang pragmatisme hidup mendorong tak sedikit kalangan pendek pikiran.

Segala sesuatu itu tergantung niat, titah Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Umar bin Khatab. Membersihkan niatan duniawi memang tak gampang. Perlu usaha keras dari yang bersangkutan. Tetapi, ini akan sebanding dengan hasil yang akan dicapai.

Dua kebajikan sekaligus akan tercapai bila niat belajar diikhlaskan untuk-Nya, yakni kebaikan beribadah dan ganjaran mencari ilmu. “Tak ada yang lebih sulit bagiku ketimbang meluruskan niat,” ujar tokoh generasi salaf, Sufyan ats-Tsauri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement