REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abdul Kadir Makarim mengatakan, kegiatan ISIS yang berbau kekerasan sama sekali tidak sejalan dengan prinsip Islam yang rahmatan lil alamin.
"MUI NTT mengimbau umat Islam di NTT untuk tidak bergabung dengan ISIS karena aktivitas organisasi itu tidak sejalan dengan prinsip Islam," kata Abdul Kadir, di Kupang, Sabtu (9/8).
MUI NTT, kata dia, telah menyampaikan kepada para dai dan khatib di provinsi kepulauan itu untuk menyampaikan pesan kepada umat, agar tidak boleh bergabung dengan organisasi itu. Apalagi berinisiatif untuk mendirikan atau mengembangkan organisasi itu di daerah ini.
Para dai dan khatib diharapkan meneruskan pesan MUI NTT dalam majelis-majelis taklim atau pengajian-pengajian dan khotbah Jumat di masjid-masjid.
Menurut dia, umat harus diberi pemahaman yang utuh bahwa Iraq Syria of Islamic State atau (ISIS) identik dengan kekerasan, sementara Islam atau agama manapun tidak mengajarkan kekerasan.
MUI NTT juga meminta pemerintah daerah untuk terus memantau gerakan ini di NTT dan tidak boleh memberikan tempat bagi mereka di daerah ini.
Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, secara terpisah mengatakan, empat pilar yang dimiliki dan melekat kuat dalam hati nurani setiap anak bangsa Indonesia menjadi modal utama warga setempat untuk mencegah pengaruh dan dampak dari ISIS.
"Empat pilar bangsa yang dimaksud adalah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI," kata Lebu Raya.
Lebu Raya menambahkan, gerakan ISIS yang merupakan fenomena Islam di Timur Tengah, sama sekali tidak cocok dengan kondisi Indonesia, yang selama ini memegang teguh persatuan dan kesatuan serta toleransi beragama secara bebas namun bertangungjawab.
"Patut disyukuri bahwa sampai saat ini belum ada warga asal Nusa Tenggara Timur yang terlibat mendukung ISIS, tetapi tetap diwaspadai," katanya.