REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menghadapi tantangan serius terkait daya saing menjelang dibukanya perdagangan bebas pada 2015.
Pengamat ekonomi Universitas Andalas Niki Lukviarman mengatakan, daya saing produk Indonesia harus ditingkatkan agar bisa berkompetisi dengan barang impor.
Kualitas produk dan layanan, kata Niki, menjadi salah satu indikator penting bisa-tidaknya produk Indonesia bersaing. Apalagi, untuk masyarakat kelompok menangah atas yang cenderung memilih produk bagus meski pun harganya lebih mahal.
"Kita harus mempunyai produk yang mampu menjawab kebutuhan seluruh masyarakat, termasuk kelompok menengah atas ini," kata Niki Rektor Universitas Bung Hatta Padang itu, Ahad (10/8).
Ia mengakui sejumlah produk Indonesia sudah bisa bersaing baik di tingkat regional Asean mau pun global. Namun masih banyak juga produk Indonesia yang tidak menjadi pilihan pasar.
Perdagangan bebas Asean, menurut dia, tidak bisa dielakkan lagi. Thailand, Malaysia, dan Singapura sudah bersiap sejak dini untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Niki berharap Indonesia dengan 230 juta penduduk tidak hanya menjadi pasar produk luar. Tetapi juga menjadi pemain utama. "Kita tidak ingin devisa negara malah lari ke luar negeri," kata dia.