Senin 11 Aug 2014 17:41 WIB

KH Anwar Musaddad, Pencetus UIN Bandung

 KH Anwar Musaddad.
Foto: NET/ca
KH Anwar Musaddad.

Oleh: Nashih Nashrullah

Tokoh yang terkenal zuhud ini adalah akademisi yang cinta pada dunia pesantren.

Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung tidak terlepas dari KH Anwar Musaddad. Sosok yang diberkahi umur panjang hingga 91 tahun ini merupakan nama yang paling berjasa bagi berdirinya kampus yang semula adalah Institut Agama Islam negeri (IAIN) itu. Ia pendiri sekaligus didaulat sebagai rektor pertama.  

Kiai Anwar, begitu akrab disapa, dikenal sebagai alim yang sederhana, zuhud, dan tawadu. Tokoh kelahiran Garut, 3 April 1909, itu merupakan alim yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan lembaga akademis, namun tetap berdiri di atas tradisi pesantren.

Ia menempuh pendidikan di HIS (Hollandsche Indische School), setingkat SD pada zaman Belanda, MULO (setingkat SMP) Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi.

Setelah menamatkan pendidikan menengah di sekolah Katolik tersebut, ia belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, selama dua tahun. Pada 1930, ia melanjutkan studi ke Makkah dan belajar di Madrasah al-Falah selama 11 tahun. Ia kembali ke Tanah Air menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda.

Pada masa penjajahan Jepang, Kiai Anwar diangkat menjadi kepala Kantor Urusan Agama (Shumubu) dan ketua Masyumi untuk daerah Priangan. Pada masa revolusi, ia bergabung dalam Hizbullah dan memimpin pasukan bersama pengasuh Pesantren Cipari, KH Yusuf Tauziri.

Pada 1953, Kiai Anwar mulai bertugas di Yogyakarta menjadi tenaga pengajar di Fakultas Ushuluddin Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang juga baru didirikan Kementerian Agama RI di Yogyakarta pada 1952. Dari sinilah, ia banyak menimba ilmu dan pengalaman sebagai modal pendirian UIN Bandung, kelak.

Kiai Anwar diangkat menjadi guru besar ilmu teologi dan menjadi dekan fakultas ushuluddin periode 1962-1967. Pada 1967, ia ditugaskan merintis pendirian IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan menjabat rektor pertama IAIN Sunan Gunung Jati hingga 1974.

Selain dikenal sebagai akademisi, sosok yang piawai di perbandingan agama itu juga aktif berorganisasi. Kiprah penulis buku Kristologi yang bertajuk Kedudukan Injil Barnabas Menurut Pandangan Islam terbitan Penerbit Alharamain pada 1981 itu aktif di Nahdlatul Ulama (NU) sejak 1954.

Ia tercatat sebagai pengurus Partai NU pada 1954-1956 sebagai A'wan Syuriyah bersama sejumlah tokoh, di antaranya, KH Ruchiyat (Tasikmalaya), KH Djamhari (Banten), KH Machrus Ali (Kediri), dan Syekh Musthafa Chusain Mandailing (Sumatra Utara).

Saat itu, rais akbar PBNU adalah KH A Wahab Hasbullah. Pada periode kepengurusan NU berikutnya, 1956-1959, ia masih di A'wan Syuriah, tetapi sekaligus sebagai ketua Ma'arif. Jabatan terakhirnya sebagai struktural di NU sebagai Mustasyar pada periode 1989-1994 setelah sebelumnya menjabat wakil rais 'am PBNU periode 1979-1984.

Pada 1976, ia memutuskan berkiprah di tanah kelahirannya, Garut. Kiprahnya di dunia pendidikan tak pernah surut. Ia mendirikan Pesantren al-Musaddadiyah dengan lembaga pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kiai Anwar Musaddad wafat pada 19 Rabiutsani 1422/2000 dan dimakamkan di Kompleks Pondok Pesantren Musaddadiyah, Garut, Jawa Barat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement