Selasa 19 Aug 2014 16:12 WIB

Pengobatan Ala Rasulullah (2)

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Chairul Akhmad
Seorang pasien berkonsultasi tentang kesehatannya di sebuah tempat pengobatan nabawi di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto/av
Seorang pasien berkonsultasi tentang kesehatannya di sebuah tempat pengobatan nabawi di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah dalam menjaga kesehatan juga dengan menjaga makanannya.

“Tidak pernah Rasul memakan makanan dengan menggabungkan karbohidrat dan protein hewani,” ujar Tengku.

Rasul juga berdiet dengan tidak pernah makan bersamaan daging dan susu. Jika Rasul memakan daging maka tidak minum susu begitu juga sebaliknya.

Selain itu, Rasul juga mengajarkan konsumsi madu untuk mengobati diare. Selain madu, obat yang digunakan rasul adalah habatussaudah. Habatussaudah merupakan lada hitam yang rasanya pahit untuk mengobati segala jenis penyakit yang saat ini telah kembali populer.

Tepung talbinah juga menjadi salah satu obat pada zaman Rasulullah. Tepung yang kembali popular ini berwarna merah keunguan dan sering dibuat bubur.

Siti Aisyah, kata Ustaz Tengku, selalu memasak tepung tersebut, terutama saat ada kematian yang terjadi di rumahnya. Tepung talbinah dapat mengobati penyakit liver dan membantu dalam mengurangi kesedihan. Saat ini, tepung itu masih dapat ditemukan di Afrika.

Terkait bumbu makanan, Rasulullah menyunahkan menyediakan garam mentah pendamping makanan. Karena, garam yang dicampurkan dalam makanan yang dimasak kandungan yodiumnya akan hilang.

Ustaz Tengku menjelaskan bahwa Rasulullah pun melarang umat untuk menahan buang air kecil karena dapat menganggu kinerja ginjal. Untuk itu, aturan terminal buang air kecil sebenarnya telah dibuat.

“Saat kita berwudhu, biasanya kita akan masuk ke kamar mandi. Waktu-waktu berwudhu merupakan waktu yang telah diatur sebagai terminal buang air kecil,” ujarnya.

Selain itu, ada pengobatan yang disunahkan saat telah terkena penyakit. Berbekam merupakan teknik pengobatan dengan menyedot darah beku untuk melancarkan aliran darah.

Teknik bekam ini sebenarnya telah ada sejak zaman Nabi Ayub. Dahulu pengobatan dengan menyedot darah beku, yakni dengan sengatan lebah dan hisapan lintah.

Satu pengobatan yang kurang populer dan menurut Rasulullah umatnya tidak menggunakan, yaitu meletakkan sejenak besi panas pada telapak kaki yang disebut kai. “Besi panas ini yang disentuhkan pada kaki, dua hingga tiga detik akan terasa dikejutkan untuk memperlancar aliran darah,” katanya.

Pada zaman Rasul juga mengenal rukyah, pengobatan Nabi dengan cara membaca al-Fatihah di depan air dan disiramkan kepada orang yang sakit.

Rukyah ini juga dapat dilakukan dengan membaca al-Fatihah serta mencampur tanah dan air liur dan dioleskan pada bagian yang sakit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement