Jumat 22 Aug 2014 15:06 WIB

Bersegera Menuju Surga Allah (1)

 Motivasi Rasulullah SAW menjadikan mereka lebih cinta pada akhirat dan rindu mendapatkan syahid.
Foto: Wordpress.com/cs
Motivasi Rasulullah SAW menjadikan mereka lebih cinta pada akhirat dan rindu mendapatkan syahid.

Oleh: Hannan Putra

Sudah menjadi keharusan bagi Rasulullah SAW untuk berkhotbah sebelum menerjunkan tentara kaum muslimin ke medan perang.

Khotbah dari Rasulullah SAW membakar api jihad di dada setiap tentara Muslim. Motivasi Rasulullah SAW menjadikan mereka lebih cinta pada akhirat dan rindu mendapatkan syahid.

Ketika akan memasuki kancah Perang Badar, Rasulullah dalam khotbahnya membacakan surah al-Anfal Ayat 65. “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada 20 orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang musuh. Dan, jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”

Ayat ini untuk memberikan motivasi bagi kaum Muslimin bahwa mereka bisa mengalahkan musuh yang jumlahnya dua kali lipat dari mereka. Ketika pasukan musyrikin sudah mendekat, Rasulullah SAW berseru, “Berdirilah kalian (untuk menyambut perang) menuju surga yang luasnya antara langit dan bumi.”

Salah seorang sahabat, Umair bin al-Hammam, pun ikut berdiri. Ia bertanya-tanya, “Benarkah luasnya surga itu antara langit dan bumi?”

Rasulullah menjawab, “Iya.”

Umair terkagum-kagum dengan ganjaran pahala yang dijanjikan. “Mudah-mudahan saya menjadi penguninya,” ujar Umair. Rasulullah pun menjawab, “Kamu termasuk penghuninya.”

Tak terperikan lagi kegembiraan di hati Umair. Ia yang baru saja menyantap beberapa butir kurma, langsung dibuangnya. Menurutnya, terlalu lama untuk menghabiskan beberapa kurma yang masih tersisa itu.

Sejurus kemudian, ia pecahkan sarung pedangnya. Ia maju menyongsong pasukan musyrikin dengan gagah berani. Kemudian, ia pun mendapatkan syahid. Demikian, seperti dikisahkan Syekh Abdurrahman al-Mubarakfury dalam Rahiqul Makhtum (Sirah Nabawiyah).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement