REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para pemberontak Suriah terkait Al-Qaida merebut senjata-senjata Perserikatan Bangsa Bangsa, seragam dan kendaraan dari pasukan penjaga perdamaian di Golan, dan mendirikan "zona aman" untuk melakukan serangan, kata Dubes Suriah Selasa (16/7).
PBB Senin terpaksa menarik kembali ratusan menarik pasukan penjaga perdamaian ke sektor yang diduduki Israel, Golan setelah pemberontak Suriah maju kepada posisi mereka.
Duta Besar Suriah Bashar Jaafari mengatakan, para pejuang dari Al-Nusra "telah berhasil menduduki semua sisi Suriah" di Golan, mengusir Pasukan Pemantau dan Pembebasan PBB (UNDOF).
"Para teroris sekarang menggunakan mobil PBB, yang dilengkapi lambang pasukan PBB di Golan.
Mereka menggunakan seragam UNDOF, senjata UNDOF, posisi UNDOR untuk penembakan pada tentara Suriah serta pada warga sipil di desa-desa," kata Jaafari kepada wartawan.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan akan membahas krisis di Golan selama sesi Rabu setelah lebih dari 40 tentara UNDOF asal Fiji dipulangkam selama dua minggu oleh Al-Nusra.
Jaafari menuduh Israel, Qatar dan Yordania berada di balik satu "plot yang sangat besar" untuk mendestabilisasi Suriah dengan membiarkan para pemberontak Suriah mengambil alih bagian dari penyangga untuk mendirikan sebuah "zona aman" dari mana ia dapat upah serangan.
Sebuah laporan baru oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tercantum beberapa bentrokan di Golan sejak Mei, tetapi ia mengatakan UNDOF harus tetap kursus dan terus memenuhi mandatnya.
UNDOF memantau gencatan senjata 1974 antara Israel dan Suriah mengenai Dataran Tinggi Golan.
Israel merebut 1.200 kilometer persegi (460 mil persegi) dari Golan selama Perang Enam Hari tahun 1967, kemudian mencaploknya pada 1981 namun tak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Sekitar 510 kilometer persegi dari Golan tetap di sisi Suriah dari jalur gencatan senjata, dengan UNDOF mengawasi zona penyangga yang membentang sekitar 70 kilometer dari Lebanon di utara dan Yordania di selatan.
Enam negara memberikan kontribusi pada pasukan pasukan PBB, yang berkekuatan 1.200-kuat calon jemaah Jaji Golan: yakni Fiji, India, Irlandia, Nepal, Belanda dan Filipina.