Senin 06 Oct 2014 19:49 WIB

Mengejar Hikmah Ditengah Pelayanan (2)

Al Azhar memorial garden
Al Azhar memorial garden

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kisah Aziz mencari pekerjaan yang sesuai keilmuannya,sempat dipenuhi cerita penuh hikmah.  Ia sempat tertipu . "Saya sempat kena tipu oleh seseorang yang mengaku penyalur tenaga kerja," kisah pria asli Betawi ini."Setelah berkomunikasi dengan oknum itu,ternyata dia mempermainkan saya,yang saya rasa dahsyat lah menipunya.

Karena dalam waktu tidak sampai sehari, orang itu berhasil menipu saya."Akibat penipuan tadi, Aziz kehilangan uang jutaan rupiah.Namun ia segera mendapat pertolongan Allah SWT, sehari setelah ia tertipu, ia mendapat panggilan dari Al-Azhar Memorial Garden untuk bergabung menjadi Staf Pelayanan.

"Belum ada sebulan saya bekerja, saya mendapatkan upah yang nilainya sama dengan uang saya yang hilang akibat kena tipu tadi," cerita Aziz yang kembali berpikir mendalam akanhikmah kejadian yang dialaminya. "Sampai segitunya Tuhan membuat ceritauntuk hamba-hambaNya"

Mencari hikmah atas setiap kejadian ditengah perjalanan hidup, senantiasa menjadi perenungan bagi Aziz. " Saya masih mencari apa yang Tuhan hadapkan kepada saya saat ini, dari sebelumnya saya menjadi reporter,hingga bekerja di Al-Azhar Memorial Garden," kata Aziz berusaha menerjemahkan hikmah yang ia dapatkan selama bekerja dalam pelayanan.

"Saya merasa semakin didekatkan dengan kematian. Artinya ketika kita sudah mulai didekatkan dengan hal-hal kayak gitu (kematian), tetapi kelakuan masih kayak gitu (perilaku tidak baik) ya gimana. Masa kita mau tetap seperti itu (perilaku tidak baik), kita mau uangnya (upah)  saja diambil, tetapi ngomongnya saja (yang) Allahu Akbar  tapi jadi ya paradoks (berlawanan), jadi kontradiksi kan (dengan perilaku tidak baik) "

Lebih jauh Aziz memandang melalui pekerjaan sekarang, Tuhan sudah menghadapkannya pada pelajaran besar. "Tuhan sudah membenturkan kita dengan,itu lho lihat (kematian) didepan mata," lanjut Aziz yang merasa pekerjaannya merupakan tolak ukur sensitifitas dalam memandang kematian.

"Sejauhmana hati kita melihat orang meninggal dunia. Ketika hati kita tergerak, bisa dikatakan, ada iman (dihati). Tetapi kalau mau dalam lagi, bergeraklah sejauh apa (yang bisa kita lakukan untuk berbuat baik).Tapi kalau kita menyaksikan orang yang meninggal hati kita biasa-biasa saja, itu (berarti) ada masalah (dalam hati kita) ".

Getaran dalam hati ketika menyaksikan kematian bagi Aziz bisa menjadi ukuran untuk senantiasa mawas diri "Ketika melihat yang seperti itu (kematian) hati kita nggak merasa apa-apa,kita (mestinya) bertanya,kenapa melihat hal seperti itu hati kita tidak merasa apa-apa."

Keseimbangan antara tugas dan fardhu kifayah dijalankan Aziz sebagai bentuk tanggung jawab akan kewajiban yang diserahkan kepadanya "Saya melihatnya balance. Satu sisi saya punya kewajiban terhadap kantor. Di lain sisi agama juga memandangnya sebagai fardhu kifayah, kewajiban bersama yang bisa digugurkan apabila ada orang lain sudah melakukannya "kata Aziz yang sehari-hari mengendarai motor dalam menjalankan tugasnya menghampiri keluarga yang berduka.

Seperti halnya Abdul Aziz, pelayanan kami kepada Anda merupakan sebuah amanah yang harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara moril maupun  syariat , agar keluarga yang ditinggalkan senantiasa merasa tenang melepas orang terkasih dalam naungan akidah hingga hari akhir.(MD)www.alazharmemorialgarden.com.a advetorial

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement